Pelajar Purwakarta Konsisten, Internalisasi Budaya Sunda
Oleh : Mohamad Nursodik, Kepala SMPN 2 Sukatani

Senin, 17 Sep 2018 | 09:33:18 WIB - Oleh Nurdin Cahyadi | Dibaca 4365


Pelajar Purwakarta Konsisten, Internalisasi Budaya Sunda
   

disdik.purwakartakab.go.id -- Pada pembukaan Bimbingan Teknis Pengimbasan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, beberepa waktu yang lalu,  Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Bapak Didi Garnadi menyampaikan dua kata penting yaitu “komit” dan “konsisten”. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak akan berhasil jika tidak ada komitmen yang kuat di antara pemangku kepentingan. Pendidikan karakter juga tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan secara konsisten.

Ungensi pelaksanaan penguatan pendidikan karakter memang sangat mendesak, Arus globalisasi yang berjalan dengan cepat menjadi ancaman bagi eksistensi budaya dan moral. Penggerusan nilai-nilai moral merupakan resiko posisi Indonesia sebagai bagian dari komunitas global. Globalisasi adalah keniscayaan yang tidak dapat dicegah, tetapi efeknya yang mampu mematikan budaya sendiri tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Menolak globalisasi bukanlah solusi yang tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, yang dibutuhkan adalah strategi untuk meningkatkan daya tahan budaya sendiri dalam menghadapinya. Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar. Budaya lokal yang dianggap lebih up to date semakin sulit ditemukan, sementara itu budaya global lebih mudah merasuk. Selama ini yang terjaring oleh masyarakat hanyalah gaya hidup yang mengarah pada westernisasi, bukan pola hidup modern. Karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam. Caranya, dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Pendidikan memegang peran penting di sini sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar.

Internalisasi dapat dipahami sebagai penerapan suatu hasil atau karya manusia pada tataran praksis. Kegiatan penerapan tersebut menunjukkan suatu peningkatan kemampuan dalam melaksanakan program secara terukur.

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam rangka penguatan nilai-nilai kesundaan dikalangan siswa di Purwakarta.

Pertama, memperbaiki tutur bahasa Sunda. Penggunaan bahasa yang baik di kalangan pelajar harus menjadi penekanan, karena bahasa merupakan cerminan seseorang. Pembiasaan penggunaan bahasa yang baik perlu diterapkan sejak dini, karena hal ini nantinya akan menjadi kebiasaan dalam berkomunikasi. Dalam hal penggunaan bahasa Sunda dikalangan siswa, dapat dilakukan dengan merancang kurikulum pelajaran muatan lokal Bahasa Sunda. Kurikulum muatan lokal bahasa Sunda yang menitik beratkan pada penggunaan bahasa Sunda untuk percakapan sehari-hari (pragmatis).

Kedua, menjadikan siswa sebagai pribadi yang santun. Penggunaan busana kampret dan kebaya ini diharapkan berimbas pada perilaku siswa sehari-hari. Meskipun disadari bahwa penggunaaan busana adat Sunda ini tidak serta merta merubah sikap siswa, namun setidaknya siswa mengenali budaya Sunda. Upaya sekolah untuk terus menerus membiasakan menggunakan bahasa Sunda dengan baik dalam berkomunikasi sehari-hari baik dengan siswa lainnya, dengan guru atau dengan pegawai sekolah lainnya, ditambah lagi dengan pengenaan busana adat Sunda, memberikan pengaruh yang positif kepada siswa, dimana tata karma siswa semakin baik, mereka mulai memahami nilai-nilai budayanya sendiri. Sikap siswa yang mencerminkan silih asah, silih asih, dan silih asuh terlihat dalam berbagai kegiatan.

Ketiga, memaksimalkan peran serta seluruh komponen. Upaya penguatan nilai-nilai kesundaan dikalangan siswa, merupakan upaya yang harus dilakukan bersama-sama mulai kepala sekolah, guru, pegawai sekolah lainnya, dan orang tua. Upaya ini harus didukung oleh semua unsur yang terkait demi keberhasilan program tersebut, mulai dari Kepala Sekolah, Guru, dan komponen sekolah lainnya. Sebagai manajer, kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa seluruh program kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Keempat, menghadirkan kegiatan yang sarat nilai budaya Sunda. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menanamkan nilai-nilai budaya Sunda adalah dengan menghadirkan kegiatan-kegiatan yang sarat nilai-nilai budaya Sunda. Kegiatan tersebut ada yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menunjang visi dan misi sekolah, yaitu kegiatan yang kental dengan nilai-nilai budaya Sunda.

Kelima, membekali siswa dengan kecakapan hidup (life skill). Kegiatan lain yang dilakukan guna mendukung pemahaman tentang nilai-nilai budaya, tidak hanya kegiatan yang langsung secara konten berkaitan dengan seni budaya tersebut, namun berupa kegiatan yang sekaligus membekali siswa dengan kecakapan hidup. Kegiatan tersebut bisa berupa kegiatan keputrian, pertanian, perkebunan, dan peternakan, atau kegiatan kreatif lainnya.

Keenam, membangun kecerdasan spiritual siswa. Kegiatan yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran spiritual siswa. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan-kegiatan kerohanian seperti, sholat Dhuha, membaca Asmaul Husnah, membaca surat Yasin yang secara rutin dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan rohani siswa.

Ketujuh, memberikan keteladanan. Berbicara tentang penguatan pendidikan karakter atau penanaman nilai-nilai budaya lokal pada siswa, susah berhasil tanpa ada keteladan dari warga sekolah, terutama dari kepala sekolah. Konsep leading by example yang dikemukakan oleh Kepala SMPN 5 Purwakarta adalah hal yang tak terbantahkan. Secara luas tidak hanya kepala sekolah yang harus memberikan contoh keteladan, tetapi dari para inohong pemangku kepentingan. Politik jati diri harus menyertai program yang dilaksanakan di bidang pendidikan.

Tanpa politik jati diri, teriakan sekeras apa pun hanya ibarat minta tolong di ruang angkasa. Semua unsur Sunda harus bisa ngajaga, ngajega, dan ngajiga. Bahkan sekali-kali harus bisa ngajago. Dengan begitu akan lahir pengakuan dan eksistensi kesundaan yang berujud menjadi sebuah karakter, disinilah perlu (bahkan harus) ada upaya consistency, integrity, conformity, and commitment.



Senin, 17 Sep 2018, 09:33:18 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 3048 View
NYUKCRUK GALUR, SAJARAH PURWAKARTA
Senin, 10 Sep 2018, 09:33:18 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 19225 View
Belajar Menyenangkan Melalui Metode Audio Lingual
Senin, 10 Sep 2018, 09:33:18 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 2148 View
MENGAWAL K 13 SAMPAI DI UJUNG LANGIT

Tuliskan Komentar
INSTAGRAM TIMELINE