SKB Buka Kemungkinan Inovasi Pembelajaran Keterampilan

Selasa, 14 Sep 2021 | 08:17:43 WIB - Oleh Nurdin | Dibaca 1131


SKB Buka Kemungkinan Inovasi Pembelajaran Keterampilan
   

disdik.purwakartakab.go.id—Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) bertekad mengembangkan pembelajaran keterampilan baru sesuai dengan kebutuhan zaman. Beberapa pilihan keterampilan baru siap di-insersi-kan ke dalam penyelenggaraan pendidikan non-formal di lingkungan SKB. 

Keterangan tersebut disampaikan Kepala SKB, Tati Nurliah, pada acara Sosialisasi Adaptasi & Implementasi Kurikulum 2013 di lingkungan Pendidikan Non-Formal, Senin (13/09).  Diselenggarakan dalam format kajian terbatas (Focus Group Discussion), di aula Grand Situ Buleud, kajian pengembangan SKB diikuti beragam pemangku kepentingan penyelenggaraan pendidikan non-formal Purwakarta, dari mulai pamong, tutor hingga kalangan profesional yang ahli dalam bidang keterampilan. 

“Ada pilihan keterampilan baru yang siap di-insersikan dalam penyelenggaraan pendidikan non-formal di lingkungan SKB. Diantaranya adalah keterampilan juru racik kopi (barista), cukur rambut (barber) dan pijat refleksi (physio-therapist). Segera, keterampilan-keterampilan baru ini akan bisa diakses oleh para peserta didik. Kami sedang menyiapkan sarana dan pra-sarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajarannya,” katanya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hal tersebut tidak lepas dari kebutuhan zaman. Dunia bisnis terus bergerak dinamis setiap waktu. Banyak bidang-bidang baru yang membutuhkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. 

“Dari analisa kami, ketiga bidang tersebut sangat perlu untuk direspon lebih  lanjut. Sehingga, para peserta didik yang belajar di SKB bisa mengaplikasikan keterampilan yang dipelajarinya dan mendapatkan manfaat ekonomis,” katanya.

PENDIDIKAN NON FORMAL BUKAN KELAS DUA

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Purwakarta, H. Purwanto menegaskan bahwa pendidikan non-formal bukan pendidikan kelas dua sebagaimana sering dipersepsikan oleh masyarakat. Sebaliknya, pendidikan non-formal justru hadir lebih dahulu ketimbang formal. 

“Jangan lupa sejarah, bahwa sebelum ada sekolah-sekolah formal, pendidikan yang lebih dulu diterima oleh rakyat luas adalah pendidikan non-formal. Dalam bentuk pendidikan mandiri kerakyatan di pesantren misalnya. Jadi, tidak tepat kalau pendidikan non-formal disebut sebagai pendidikan kelas dua. Kita malah harus memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pendidikan non-formal. Tanpa kehadiran pendidikan jenis ini tidak akan ada pendidikan formal,” tegasnya. 

Selanjutnya, ia mengulas soal keunggulan pendidikan non-formal ketimbang pendidikan formal. Salahsatu aspek yang paling signifikan adalah kemandirian. Pendidikan non-formal lebih dekat pada tujuan pembentukan karakter mandiri peserta didik. Bekalnya adalah pembelajaran keterampilan yang disisipkan dalam penyelenggaraan pendidikan non-formal. 
“Sekarang, seiring dengan inovasi SKB, ada banyak pilihan keterampilan yang bisa diakses oleh para peserta didik. Selebihnya, tekad para peserta didik untuk mengimplementasikannya di kemudian. Mereka bisa memilih, apakah ingin diaplikasikan untuk bekerja atau memulai usaha sendiri?” tukasnya. 

Ia mengapresiasi langkah inovatif SKB. Tak lupa, ia berharap inovasi ini bisa memberikan manfaat berlipat untuk para peserta didik. 

“Tujuan pendidikan adalah mentransformasi individu ke arah yang lebih baik. Semoga inovasi dari SKB ini bisa memberikan manfaat terbaik untuk setiap peserta didik. Tidak hanya pada kapasitas personalnya, tapi juga untuk peri-kehidupannya dalam artian luas,” demikian tuturnya. (NC/Red)



Jumat, 10 Sep 2021, 08:17:43 WIB Oleh : Nurdin 1484 View
Pengurus Baru PGRI Kecamatan Wanayasa Dilantik
Kamis, 09 Sep 2021, 08:17:43 WIB Oleh : Nurdin 2561 View
Carita Malem Jumaah
Kamis, 09 Sep 2021, 08:17:43 WIB Oleh : Nurdin 1112 View
KKG PAI Kecamatan Bungursari Tetap Selenggarakan Santunan Yatim

Tuliskan Komentar
INSTAGRAM TIMELINE