Pentingnya Sensor Mandiri dalam Menentukan Tontonan Bagi Anak

Kamis, 15 Agu 2024 | 10:49:22 WIB - Oleh Mira Habibah | Dibaca 72


Pentingnya Sensor Mandiri dalam Menentukan Tontonan Bagi Anak
   

Purwakarta, (15/08/2024) – Beberapa waktu lalu tepatnya Selasa, 13 Agustus 2024 Lembaga Sensor Film (LSF) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakarta dan PGRI Kabupaten Purwakarta menggelar Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Jawa Barat dengan mengambil tema “Memajukan Budaya, Menonton Sesuai Usia”

Lalu apa Sensor Mandiri?

Sensor Mandiri merupakan salah satu program prioritas LSF untuk masyarakat sebagai Upaya dalam memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. LSF menyadari bahwa dalam memberikan perlindungan terhadap Masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan dari peredaran dan pertunjukkan film atau iklan, peran masyarakat terutama orang tua dan pemangku kepentingan sangat dibutuhkan.

Gerakan ini menjadi penting karena ada peran orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar yang menjadi penyaring utama dalam menentukan tontonan mana yang layak atau tidak dikonsumsi oleh anak-anak.

Adapun kriteria dan klasifikasi usia penonton meliputi:

  1. Untuk penonton semua umur (SU);
  2. Untuk penonton usia 13 tahun atau lebih (13+);
  3. Untuk penonton usia 17 tahun atau lebih (17+);
  4. Untuk pen
  5. onton usia 21 tahun atau lebih (21+)

Sedangkan yang harus dilakukan saat melakukan sensor mandiri dalam pengawasan tontonan kepada anak-anak antara lain;

  1. memilah dan memilih tontonan
  2. menonton sesuai klasifikasi usia
  3. pendampingan terhadap anak pada saat menonton dan memberikan pemahaman kepada ana katas tayangan yang ditonton
  4. tidak memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk menonton tayangan yang disukai tanpa melakukan pengawasan
  5. lakukan kontrol terhadap gawai (handphone) yang digunakan anak yang belum dewasa termasuk media sosial yang digunakan.

Dunia Pendidikan dinilai dapat membantu Gerakan sensor mandiri  yang bisa dilakukan dengan dua cara:

  1. Jalur Kurikuler di Sekolah
  1. Memberikan muata budaya sensor mandiri pada pelajaran yang ada (misal pada pelajaran Bahasa Indonesia, pemahaman tentang  BSM bisa dimasukkan dalam soal cerita)
  2. Pada tingkatan pendidikan usia dini muatan budaya sensor mandiri diberikan kepada peserta didik melalui lagu / nyanyian
  1. Jalur Non Kurikuler di Sekolah
  1. Muatan budaya sensor mandiri diintegrasikan pada program dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, dan lain-lain
  2. Muatan budaya sensor mandiri dapat diberikan melalui kegiatan insidental di sekolah seperti pembekalan siswa baru

Dengan demikian, pentingnya memilih tontonan sesuai umur tidak hanya berkaitan dengan aspek hiburan semata tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak-anak. Kemampuan sensor mandiri dalam memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan usia merupakan keterampilan yang perlu ditanamkan sejak dini sehingga kita dapat menciptakan lingkungan media yang mendukung pertumbuhan yang sehat bagi generasi mendatang. (MH/Red.)



Kamis, 15 Agu 2024, 10:49:22 WIB Oleh : Mira Habibah 86 View
HUT Pramuka ke-63, Purwanto Terima Lencana Bakti Karya dari Kwartir Nasional
Selasa, 13 Agu 2024, 10:49:22 WIB Oleh : Mira Habibah 151 View
PGRI, Disdik Purwakarta dan Lembaga Sensor Film Gelar Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri
Senin, 12 Agu 2024, 10:49:22 WIB Oleh : Mira Habibah 180 View
Apel Pagi Disdik Purwakarta, Sekolah Fokus pada Pengolahan Sampah

Tuliskan Komentar
INSTAGRAM TIMELINE