Mengembalikan Hidup Pada Fitrahnya

Rabu, 21 Apr 2021 | 14:56:01 WIB - Oleh Nurdin Cahyadi | Dibaca 3338


Mengembalikan Hidup Pada Fitrahnya
   

By: ITA HARYANI  S.Pd  (SMPN 3 PURWAKARTA)
APRIL 20,2021

disdik.purwakartakab.go.id -- Bumi langit merupakan suatu tempat dimana kita dapat mempelajari dan manghayati betapa besarnya pengaruh alam terhadap kehidupan kita  sehar-hari untuk merubah kembali agar kita kembali kepada fitrah sebagai manusia, yang mana saat ini tanpa kita sadari kita semua sudah melupakan alam yang pada dasarnya merupakan suatu tempat yang diciptakan Allah mengandung kemanfaatan yang bukan hanya sekedar alam yang  menyediakan berbagai kebutuhan kita namun juga alam yang perlu kita kembangkan agar dapat tetap berkesinambungan dalam pemanfaatan demi kelangsungan hidup manusia.  

Sehingga  saat ini kita hidup dalam sebuah krisis yang sifatnya global terhadap kualitas manusia, keberadaan manusia dimuka bumi ini. Bila kita lihat akar krisis ini dimana semua sistem-sistem kehidupan gagal berfungsi beruntuhan satu-satu dengan yang lain awalnya bahwa kita mengalami krisis akhlak dan adab

Jika kita kembali pada prinsip bahwa kita sebagai khalifah, dimana  fungsi khalifah fil ‘ar menjadi sesuatu ukuran manusia itu sendiri dalam keberadaannya dengan tidak melupakan bahwa kita adalah sesuatu makhluk yang lemah yang disimbulkan dengan adanya ketergantungan  pada saat kita lahir yang perlu dilindungi oleh ibunya semenjak lahir  yang pada akhirnya merupakan kerepotan bagi kita diganggu oleh  makhluk yang cemburu yaitu iblis yang memperoleh mandat untuk menggoda manusia sampai akhir zaman. Hal itu merupakan kelemahan kita .

Bagaimana pendapat Islam?

Untuk dapat melihat konteks Islam sebuah tuntunan yang penuh rahmat dan berkah, pada dasarnya Islam sudah dari awal memberikan penekanan tentang pentingnya alam bagi kita dalam hal ini alam adalah makhluk semua yang diciptakan Allah termasuk yang tak tampak. Seperti dalam ilmu  fisika yang disebut teori kuantum meneliti barang-barang yang tidak terlihat  menyatakan bahwa 99,9% dari ciptaan Allah itu berada dalam alam ghoib (tak tampak) yang tampak hanya 0,1%, bukan hanya bumi , bintang begitu dengan makhluk lain.

Dalam Al Qur’an salah satu ayat mengatakan bahwa Manusia dapat memperoleh ridho Allah jika Makhluk telah meridhoi. Namun sayang selama ini kita hanya bicara tentang ridho Allah saja tanpa bicara tentang kedudukan ridho makhluk, dimana secara umum manusia dikutuk oleh makhlu daripada ridho alam, karena pendekatan kita pada alam itu berlebih,  kita terlalu banyak  (berlebih) mengambil hak kita dari alam, jika dulu nenek moyang kita memiliki adab yang luar biasa yang merupakan ukuran untuk mengambil sesuatu di kali, di hutan, maupun laut ada hak untuk mengambilnya, begitupun dalam berdagang ada hak yang harus diberikan kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya (harus terukur) dan dilarang untuk mempengaruhi  orang  lain sehingga tidak berlebih, jika kita melakukan maka sama saja kita mendzolimi orang lain. Jika kita mengambil hak dengan berlebih berarti hal tersebut menimbulkan kehilangan atau kemerosotan ahlak terutama pada alam sehingga kita tidak dapat membangun tatanan kemanusiaan lebih baik.

Dalam Islam tatanan ada 2, salah satunya ada yang disebut alam yaitu bumi tempat kita hidup yang merupakan bangunan yang dititipkan oleh Allah pada manusia yang bahkan sudah ada kesepakatan oleh Allah dengan seluruh makhluknya, sebelum ciptaannya itu mewujud untuk mengakui bahwa Allah adalah Tuhan kita semua dalam alam non wujud waktu kita semua dalam bentuk roh, waktu kita mewujud semua mempunyai ketentuan-ketentuan ada kodrat yang mengikat kita pada sunnatullah kecuali manusia karana manusia mempunyai potensi untuk mempunyai kehendak bebas untuk keluar dari kodrat yang menjadi ketentuannya dan itu menjadi peluang bagi iblis untuk membisiki kita dan wujud kita untuk dibisiki itu adalah untuk kita hidup  berlebih.

Seperti halnya dikatakan Rosullullah manusia jika kamu berlebih sesungguhnya kamu sedang ditemani oleh setan. Berlebih itu timbul tanpa ada presidennya di alam kerena Allah menciptakan semua alamnya dalam rangka kemanfaatan

Semua diciptakan untuk kemanfaatan yang merupakan ketentuan Allah, namun sayang manusia dalam hal ini menjadi peristiwa yang berbeda terutama dizaman akhir ini kita tidak lagi berorientasi pada  nilai-nilai kemuliaan tetapi dipengaruhi gaya hidup industri. Padahal pada zaman nenek moyang kita, semua yang kita makan dan pakai melalui proses seleksi yang dijaga yang disebut sangat kemuliaan yang diteruskan dari satu generasi ke generasi lain, namun semenjak datang era industri maka sangat itu terputus kita  tidak lagi tergantung pada kemuliaan leluhur namun kita mulai bergantung pada pabrik, hampir semua kebutuhan kita berasal dari industri,  padahal niat industri sudah problematik yaitu mencari untung uang dan untuk mendapat untung uang tersebut tidak ada lagi cara lain kecuali mengambil lebih dari hak kita atau menjual lebih daripada kebutuhan seseorang.

Pada industri ini tanpa sadar kita sebagian dijadikan orang pasar dan mereka bagaimana industri ini mendapatkan kekayaan mengambil sesuatu sebanyak-banyaknya dari alam diluar daripada yang menjadi hak kita manusia, lupa bahwa sebetulnya makhluk-makhluk lain pun punya hak, lupa bahwa kita ditugaskan untuk menjaga keseimbangan ( keberlanjutan) atau sustainabelity kata lain dari barokah. Barokah mempunyai dimensi lebih dalam karena memiliki dimensi trans gender sesudah kita mati sesudah kebaikan yang kita tanam tetap menjadi sesuatu yang buah.  Dalam esensi bila kita berbicara keseimbangan maka kita berbicara tentang tradisi keberkahan bagaimana kita menjaga dan manambah kemanfaaatan tradisi-tradisi kemuliaan.

Kemampuan manusia justru melebihi dari makhluk lain yaitu kemampuan untuk kreatet, bahkan sebuah kondisi yang hanya menjadi hak Allah secara preogatif, dalam konteks manusia kita disisipkan kemampuan tersebut untuk bisa secara sadar menambah sebuah nilai kebaikan. Pada dasarnya kita hidup tidak lagi memperdulikan alam sekeliling, kita hanya berfikir untuk memenuhi kebutruhan hidup dengan berbagai kemudahan sehingga kita terkadang tidak memperhatikan bagaimana kelangsungan hidup yang dapat menimbulkan kesinambungan atau keberkahan hingga mencapai halalan thoyyiban.

Thoyyib memiliki makna bahwa semua yang kita makan dan kita pakai harus melalui proses yang baik, bukan hanya sekedar mengukur hal nya sebuah materi bahan produksi.

Untuk dapat mencapai hal tersebut maka kita perlu merubah gaya hidup kita untuk kembali memanfaatkan alam sebaik mungkin sehingga keseimbangan dalam kehidupan seluruh mahkluk hidup ciptaan Allah dapat berjalan demi mencapai ridho dari Allah dan mahkluknya. Konsep Bumi  Langit menerapkan hidup yang seimbang melalui permak kultur yang artinya pemanfaatan alam yang ada sesuai dengan kodratnya dalam memenuhi kebutuhan hidup kita melalui proses alami sesuai tradisi leluhur kita agar dapat kebarokahan dalam kehidupan sehari-hari.
 

Pilihan untuk kembali menjadi manusia yang memenuhi kebutuhannya dengan bertani sendiri, sarat dengan nilai kepercayaan yang Iskandar peluk.“Permakultur menjadi berbeda karena berasaskan adab (akhlak). Kalau kita merujuk hidup pada adab dan etika sebagai titik pijak, maka hidup itu jadi menyeluruh,” ujarnya. Iskandar menegaskan, apa yang diterapkan Bumi Langit bukan berarti membuat manusia berjalan mundur.

“Kita sudah terlalu termanjakan oleh barang-barang yang jadi sumber kejahatan. Hidup bisa menghidupi kehidupannya, namun kita selama ini malah terlalu sering mengambil,” ujarnya.“Permakultur bukan masa lalu. Kami berjalan bersama kearifan masa lalu dengan merangkul teknologi,”

Permak kultur selain dilaksanakan dibumi langit secara ekstreem dapat dilihat pada saat berkunjung ke Omah Lor dimana kita dapat melihat dan mempelajari aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan  lingkungan. Dimula dengan pengenalan tumbuhan, cara penanaman hingga mengatasi problem-problem yang berkaitan dengan penanggulangan sampah hingga menjadi sebuah pupuk maupun nutrisi alam yang bahan dasarnyanya memanfaatkan apa yang ada dilingkungan kita.

Proses pembelajaran di Omah Lor adalah proses yang dapat kita terapkan dalam program tatanen dibale atikan, karena mengintegrasikan alam dengan pendidikan itu sangat mungkin dan lebih mudah diserap dan di pahami oleh peserta didik. Peserta didik dapat belajar dari lingkungan, alam, tumbuh-tumbuhan angin dan sinar matahari menjadi suatu pelajaran yang dapat mengenal diri dan lingkungannya, yang pada akhirnya mengenal Tuhannya, sehingga mulai dari sekolah mereka harus bercocok tanam menjadikan tanaman tersebut menjadi sumber belajar. Berbagai permasalahan akan ditemukan oleh peserta didik yang pada akhirnya jawaban permasalahan tersebut perlu di atas oleh peserta didik sesuai tingkat kemampuan berfikir dengan bimbingan guru.

Pada akhirnya kita harus dapat menciptakan keseimbangan antara alam sebagai lingkungan hidup dan manusia sebagai pelaku hidup hingga tercipta “Harmoni Seisi Bumi”



Senin, 19 Apr 2021, 14:56:01 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 3267 View
PERJALANAN BERGURU PADA KEARIFAN PENCIPTA BUMI LANGIT PERMACULTURE
Sabtu, 17 Apr 2021, 14:56:01 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 2308 View
Bumi Langit Inspirasi Anak Negeri
Selasa, 13 Apr 2021, 14:56:01 WIB Oleh : Nurdin Cahyadi 3161 View
Relevansi Tatanen di Bale Atikan melalui Kosep Permakultur

Tuliskan Komentar
INSTAGRAM TIMELINE