Budaya Tanam Vs Keunggulan Bangsa

Jumat, 23 Okt 2020 | 16:44:32 WIB - Oleh Nurdin | Dibaca 1227


Budaya Tanam Vs Keunggulan Bangsa
   

 

Oleh : Widdy Apriandi


(Penulis adalah Redaktur Website Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta) 

Disadari atau tidak, Indonesia terjebak pada situasi ketergantungan terhadap beras import. Parahnya lagi, disinyalir hal ini terjadi sejak era orde baru. Artinya : telah berlangsung lama dan sangat mungkin berkelanjutan! 

Dalam publikasi data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), hampir setiap tahun neraca eksport-import Indonesia pada kategori komoditas beras bernilai defisit. Dengan kata lain, jumlah import beras kita jauh lebih besar daripada nilai eksportnya sendiri. 

Diantara yang cukup dramatis adalah perbandingan eksport-import beras di tahun 2012. Besaran import beras di tahun itu diketahui mencapai 1,8 juta ton! Sementara, nilai ekspor beras Indonesia jelas sangat tidak signifikan, yaitu 897,18 ton saja. Perbandingan yang jelas seperti bumi dan langit! 

Kondisi yang lebih kurang serupa berulang di tahun 2016. Di tahun itu, nilai impor beras Indonesia mencapai 1,3 juta ton! Sedangkan besaran ekspor beras hanya mencapai 999,17 ton. 

MEMUTUS KETERGANTUNGAN : KITA BISA APA? 

Apapun alasannya, fenomena tersebut jelas sangat mengkhawatirkan. Terlebih bila dihadapkan pada kenyataan bahwa dua negara pengimpor beras terbesar ke Indonesia adalah negara tetangga, yaitu Vietnam dan Thailand. Negara yang secara luas wilayah (dan besaran lahan tanamnya tentu saja : Pen) tak sepadan dengan Indonesia.

Bahkan sekilas saja, pikiran kita bisa terhenyak segera : kok bisa begitu?! Dengan luas lahan tanam di se-antero nusantara, kenapa negara ini bisa-bisanya bergantung pada beras import?! 

Jelas, untuk mendapatkan jawaban solid atas pertanyaan tersebut dibutuhkan penelitian yang mendalam. Tapi, bukan berarti tidak ada asumsi sama sekali yang bisa dikedepankan.

Sebut saja, diantara banyak asumsi tersebut adalah produktifitas penanaman padi di Indonesia. Kebergantungan impor secara kasar mengindikasikan bahwa produktifitas penanaman padi di Indonesia tidak signifikan--jika dibandingkan dengan permintaan rakyat terhadap beras. Akhirnya, untuk menutup ketidak-tersediaan stok beras, maka Pemerintah memilih untuk mengimpor saja. 

Pertanyaannya, apa yang menyebabkan ke-tidak-produktif-an itu? Faktor luas lahan tanam jelas bukan alasan. Lalu, apa? Kemungkinannya terbesar adalah faktor SDM. Pada konteks ini, sangat besar kemungkinannya jika jumlah angkatan kerja di sektor pertanian tidak mampu menutup kebutuhan permintaan terhadap beras yang meluap. 

Besar kemungkinannya begitu. Lantas, kemana 'lari'-nya angkatan kerja dimaksud? Bila membaca angka pada rilisan data BPS, tidak lain mereka bergeser ke sektor industri manufaktur, jasa dan properti. Sektor-sektor yang pada konteks era ke-kini-an dipandang jauh lebih 'keren' dan dipercaya bernilai ekonomis lebih tinggi. 

Sampai disini, yang menjadi pertanyaan adalah sampai kapan situasi ini akan terus dipertahankan? 

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Purwakarta, H. Purwanto tidak berlebihan ketika menyebut bahwa SDM Indonesia terus terkikis jatidirinya. Lupa bahwa dirinya adalah berangkat dari akar budaya agraris dan maritim. 

Kemudian, dia juga tidak keliru ketika mengatakan bahwa negara ini akan kalah dalam persaingan global ketika tidak mampu memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam yang menjadi keunggulan. Terbukti, dari satu kasus ini saja, Indonesia kalah telak. 

Sebagai penutup tulisan ini, pun Kadisdik Purwanto tidak asal gertak ketika menutur pernyataan bahwa program "Tatanen di Bale Atikan" bukan sekedar urusan pepelakan. Lebih  dari itu, program ini adalah perkara pembentukan karakter dan mental SDM agar negara ini bisa unggul di kemudian hari!



Rabu, 21 Okt 2020, 16:44:32 WIB Oleh : Nurdin 1099 View
Disdik Purwakarta Usulkan Masukan Terkait Revisi UU Sisdiknas
Senin, 19 Okt 2020, 16:44:32 WIB Oleh : Nurdin 1382 View
KADISDIK : GURU HARUS MAKSIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN
Selasa, 13 Okt 2020, 16:44:32 WIB Oleh : Nurdin 1545 View
KULIAH UMUM PASCA SARJANA : KADISDIK ULAS VISI GLOBAL PROGRAM TATANEN DI BALE ATIKAN

Tuliskan Komentar
INSTAGRAM TIMELINE