09 Februari 2021
disdik.purwakartakab.go.id -- Namaku Sasa, aku masih duduk di kelas IX di sebuah SMP negeri di desaku. Masa pandemi Covid-19 yang sedang kita alami saat ini terkadang membuatku bingung dalam mewujudkan cita-citaku nanti, semua seperti harus diatur ulang semua keinginan atau cita-citaku. Selalu kuingat sejak bulan juli 2019 sebelum virus Corona menyebar, setiap hari jum’at aku pasti meminjam buku cerita ke perpustakaan sekolahku untuk kubaca pada hari sabtu dan minggu setelah membantu pekerjaan ibuku di rumah.
Aku memiliki ibu yang luar biasa, dia selalu memberiku semangat untuk tidak berhenti membaca buku cerita di sekolah dan di rumah. Ibuku menginginkan aku menjadi seorang penulis cerita dan sampai saat ini hal tersebut masih menjadi pertanyaan terus menerus bagiku apakah aku mampu menjadi seorang penulis. Terasa sulit bagiku, apalagi teman-temanku jarang yang ingin jadi penulis cerita. Namun aku harus mencobanya dan ini salahsatu jalan untuk membahagiakan ibuku.
Pada suatu malam sehabis salat Isya,.........“Nak, ibu mengerti kamu seperti tidak terlalu suka menjadi penulis cerita, tapi tolonglah untuk urusan membaca buku cerita jangan kau tinggalkan” kata ibu menemaniku di sudut kamarku. “Saat sekolah cita-cita ibu dulu ingin menjadi penulis cerita, ibu mempunyai guru mahir menulis cerita, namun Tuhan mempunyai maksud lain, guru penulis cerita tersebut dipanggil menghadap Sang Pencipta lebih dulu pada usia 27 tahun, akhirnya ibu tidak bisa belajar menulis cerita lagi, ibu yakin kamu bisa melanjutkan cita-cita ibumu ini” sambung ibu sambil mengusap air matanya. “Iya, bu, aku akan mencoba melanjutkan cita-cita ibu, aku akan rajin membaca dan mencoba menulis cerita dengan meminta bimbingan bapak ibu guruku di sekolah” balasku dan di balas ibu dengan memberikan pelukan hangat padaku.
“Bu,,,,,,,,,,,aku ingin semua kondisi kembali normal seperti sebelum virus Corona , bisa belajar dan bertemu teman-temanku lagi” tambahku. “Kamu harus sabar nak, kamu terus berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar semua kembali normal, ,,,,anakku, ibu tidak punya harta yang banyak, namun ibu berjanji akan menyekolahkanmu sampai perguruan tinggi karena amanat ayahmu selagi beliau masih hidup, almarhum meninggalkan harta untuk biaya pendidikanmu” balas ibu dengan memelukku. “Terimakasih, bu, aku janji akan membahagiakan ibu sekuat tenaga, aku akan mencoba mewujudkan cita-cita ibu selagi aku sehat, do’akan untukku bu” jawabku sambil meminta restu.
Esok harinya aku memberanikan untuk mencoba menulis cerita pendek tentang kisah aku dan ibuku, kuberi judul cerpen tesebut “Wahai Ibuku, Aku Ingin Menjadi Penulis” dan akhirnya aku beserta ibuku bahagia karena aku mulai percaya diri menulis cerita.
Cerpen Oleh : Alya Zahra Ocktavia / IX C SMPN 2 Plered