image

Mira Habibah

31 Juli 2025

314x Dilihat
SMPN 2 Wanayasa; Langkah Kecil Menuju Sekolah Literat
 Pendidikan_Kita - Semangat literasi terus berkobar di SMPN 2 Wanayasa. Sekolah yang berada di kaki Gunung Burangrang ini menjadikan kegiatan literasi sebagai bagian dari denyut nadi kehidupan sehari-hari warganya. Bukan sekadar seremonial tahunan, namun menjadi gerakan yang mengakar dan berkembang secara masif serta terstruktur. 
Gerakan literasi ini merupakan salah satu upaya nyata sekolah dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa. Melalui berbagai program yang dirancang dengan cermat, siswa tidak hanya diajak untuk membaca, namun juga mampu mengulas, memahami, bahkan mengaplikasikan dalam berbagai karya kreatif. 
 
Berikut bentuk-bentuk nyata dari konsistensi literasi di SMPN 2 Wanayasa 
 
Kegiatan Membaca Buku 
Salah satu bentuk nyata dari konsistensi literasi di SMPN 2 Wanayasa adalah kegiatan membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari dan menjadi budaya belajar yang menciptakan suasana kelas yang lebih tenang dan siap belajar. 
 
Junal Literasi 
Selain membaca buku, siswa juga diwajibkan untuk mengisi jurnal literasi. Jurnal ini berisi ringkasan, tanggapan, hingga refleksi dari apa yang mereka baca. Jurnal tersebut kemudian dikontrol oleh guru sebagai bentuk evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran literasi. 
 
Pojok Literasi 
Pojok Literasi juga menjadi elemen penting dalam mendukung budaya membaca di lingkungan sekolah. Hampir setiap kelas memiliki sudut baca yang dilengkapi buku-buku menarik, baik fiksi maupun nonfiksi, yang merupakan koleksi pribadi siswa ataupun hasil hibah dari orang tua dan alumni. 
 
Mading 
Tidak berhenti di ruang kelas, kegiatan literasi juga merambah ke media dinding. Mading (majalah dinding) dioptimalkan sebagai sarana ekspresi dan berbagi informasi. Setiap kelas memiliki jadwal rutin untuk memperbarui konten mading, yang meliputi artikel, puisi, cerpen, dan opini siswa. 
 
Duta Literasi 
SMPN 2 Wanayasa juga memiliki Duta Literasi di tiap kelas. Duta ini berperan sebagai penggerak kegiatan literasi, memotivasi teman-teman sekelas, dan menjadi perpanjangan tangan dari program literasi sekolah. Peran ini menjadi ajang kepemimpinan sekaligus pembelajaran sosial yang bermakna. 
 
Media Digital 
Lebih dari itu, implementasi literasi di SMPN 2 Wanayasa juga melibatkan media digital. Para siswa diajak untuk menuangkan hasil bacaan dan refleksinya ke dalam bentuk karya digital, salah satunya adalah projek film pendek. Melalui projek ini, siswa belajar menarasikan ide, menyusun skenario, hingga menyutradarai cerita mereka sendiri. 
 
Film Pendek 
Kegiatan film pendek ini bukan hanya ajang unjuk kreativitas, melainkan juga bentuk konkret dari penguatan literasi multimodal. Di sini siswa ditantang tidak hanya memahami teks, tetapi juga memproduksi makna melalui visual, audio, dan ekspresi seni lainnya. 
Semua kegiatan tersebut merupakan bagian dari implementasi “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, yang menjadi payung besar gerakan penguatan karakter di sekolah. Literasi menjadi pilar utama dalam pembentukan kebiasaan positif, mulai dari berpikir kritis, gemar belajar, hingga berempati. 
 
Melalui gerakan literasi yang konsisten, sekolah berharap siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kreatif, imajinatif, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Membaca bukan lagi sekadar kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan. 
 
Kepala SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh warga sekolah atas antusiasme dan kemajuan luar biasa dalam program literasi. Ia menilai bahwa keberhasilan ini bukan semata hasil instruksi, tetapi karena adanya kesadaran kolektif akan pentingnya membaca. 
 
“Literasi adalah jembatan menuju masa depan. Saya sangat bangga dengan semangat anak-anak dan seluruh guru. Semoga dari hal kecil ini, siswa-siswi kita kelak bisa menjadi bagian dari kemajuan bangsa, walaupun hanya seperti butiran debu di tengah gurun pasir,” ungkapnya. 
 
Drs. Asep Tata Sonjaya juga menekankan bahwa gerakan literasi membutuhkan kesinambungan dan kolaborasi dari semua pihak. Mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga masyarakat sekitar, semua memiliki peran dalam menumbuhkan budaya literasi yang kokoh dan berkelanjutan. 
 
Dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan, SMPN 2 Wanayasa membuktikan bahwa literasi bukan hanya urusan buku dan bacaan, tetapi tentang bagaimana membentuk karakter, membangun masa depan, dan menciptakan peradaban yang lebih baik. 
 
Harapannya, semangat literasi ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi mampu menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk terus menghidupkan gerakan literasi yang bermakna, menyenangkan, dan memberdayakan. 
 
Gerakan literasi di SMPN 2 Wanayasa adalah bukti bahwa ketika semua elemen sekolah bergerak bersama, maka perubahan bukan hanya mungkin, tetapi nyata terjadi. Di tengah tantangan zaman digital, budaya literasi tetap menyala, menuntun langkah anak bangsa menuju masa depan yang lebih cerah. 
 
Penulis:
Kiki Saputra 
Guru SMPN 2 Wanayasa 

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)