06 Februari 2020
Disdik.purwakartakab.go.id – Jajaran manajemen Sekolah SMP Negeri 10 Purwakarta menggelar Lokakarya Pengolahan sampah Organik dan Anorganik, Kamis (06/02), di Aula Sekolah Kahuripan Pajajaran. Kegiatan ini diikuti puluhan pelajar, perwakilan dari kelas 7, 8, dan 9.
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Purwakarta, Hj. Neneng Patimah yang ditemui di sela-sela kegiatan mengaku sangat berbahagia atas penyelenggaraan lokakarya. Menurutnya, melalui kegiatan ini, para siswa mendapatkan ilmu yang luar biasa.
“Lewat lokakarya ini, para siswa dibekali ilmu untuk mendaur ulang sampah organik dan anorganik. Dengan begitu, wawasan para siswa terkait sampah akan bertambah, sehingga mendorong mereka untuk jauh lebih bertanggung jawab. Untuk itu, kami menekankan kepada para siswa yang ikut lokakarya agar bersungguh-sungguh menyerap semua materi,” katanya.
Tidak ketinggalan, Hj. Neneng mengingatkan para siswa untuk mulai mengurangi penggunaan produk-produk dengan kemasan plastik. Sebagai gantinya, sambung dia, para pelajar diwajibkan membawa tempat minnum (tumbler).
Sementara itu, Muhamad Irvan Efrizal (Founder Self Learning Institute) hadir sebagai fasilitator, ia menjelaskan proses rangkaian pengolahan sampah plastik. "Eco brick adalah bata yang bisa digunakan untuk konstruksi, terbuat dari sampah anorganik (bukan bahan alami : Red). Sedangkan tong komposter adalah aplikasi untuk membuat kompos dari sampah organik," jelasnya.
IKHTIAR KONSERVASI LINGKUNGAN
Rizal mengungkapkan, aplikasi sederhana ini pada prinsipnya adalah langkah nyata untuk menyelamatkan lingkungan, lebih khusus dari persoalan sampah.
"Sampah merupakan masalah nyata yang mengancam lingkungan kita. Jika tidak ditangani secara serius, maka masalah ini akan terus membesar dan makin membahayakan.
Dia mencontohkan, sampah konveksi (berupa kain-kain) adalah salahsatu yang sulit teruraikan. Biasanya, kata dia, para pelaku konveksi 'membereskannya' dengan jalan dibakar. Padahal, itu bukan cara yang bijaksana karena selain menyebabkan polusi udara juga dalam jangka panjang akan menyebabkan pemanasan global.
"Salahsatu solusi penanganannya adalah dengan membuat eco-brick. Bahan kain sangat cepat dipadatkan dalam botol plastik, misalnya," katanya.
Di tempat yang sama, salahseorang guru yang mendampingi siswa mengatakan sangat berbahagia bisa terlibat dalam kegiatan lokakarya daur ulang sampah. Sebab, lewat kegiatan ini, sambungnya, para siswa dibiasakan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap problem lingkungan. Diantaranya : sampah.
"Alhamdulilah, baru sehari digerakkan, sampah yang ada di lingkungan sekolah bersih. Tidak hanya itu, sampah yang ada sekarang bisa didaur ulang," demikian ungkapnya. (NC/Red)