24 Oktober 2024
Pendidikan_Kita – Sejak Tahun 2004, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakarta sejak tahun 2014 melahirkan inovasi pendidikan yaitu Pendidikan Berkarakter sebagai upaya penguatan karakter peserta didik melalui pendidikan berkearifan lokal yang mengadopsi pada model pembelajaran Pancaniti yang berakar pada filsafat Sunda termasuk diantaranya 7 Poe Atikan dan Tatanen di Bale Atikan (TdBA).
Salah satu dari 7 Poe Atikan adalah Rebo Maneuh di Sunda yaitu memperkenalkan siswa kepada jati diri serta budaya Sunda, menguatkan keluhuran nilai-nilai lokal agar menadi pola pikir, pola sikapd an pola laku dalam peserta didik. Tatenen di Bale Atikan adalah pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran hidup ekologis dalam merawat bumi dan berguru pada bumi yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis Pancaniti sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang sesuai kodrat dirinya, kodrat alam dan kodrat zamannya. Hal ini juga sebagai upaya Disdik Purwakarta dalam mengembalikan nilai-nilai dan budaya Sunda bagi generasi muda agar eksistensinya tidak terkikis oleh perubahan zaman. Guru juga mengajarkan tentang tata cara Bertani Tradisi sunda, jenis masakan, kesenian, permainan Sunda yang selama ini jarang dimainkan oleh peserta didik.
Pendidikan Karakter di Purwakarta kemudian menjadi contoh bagi lahirnya Kurikulum Merdeka yang memberikan keleluasaan bagi pemangku pendidikan daerah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kearifan lokal dan memberikan kesempatan bagi satuan pendidikan untuk melakukan inovasi membuat pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
Dengan adanya keleluasaan tersebut maka sekolah melakukan berbagai kegiatan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas atau di luar sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik salah satunya dengan melakukan ekplorasi di alam terbuka seperti yang sudah dilaksanakan oleh beberapa sekolah di Purwakarta dengan mengadakan kegiatan ekplorasi alam dan budaya di Lembur Atikan Sunda Kampung Tajur Purwakarta Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong, Purwakarta..
Kampung Tajur Pasanggrahan dan Pembelajaran Kearifan Lokal
Kampung Tajur Pasanggrahan adalah salah satu destinasi wisata budaya yang berada di Desa Pasanggrahan yang dibangun tahun 2004 – 2005 oleh mantan Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi yang melihat potensi Kampung Tajur yang kuat akan kearifan lokalnya termasuk banyaknya rumah panggung di desa tersebut.
Suasana yang sejuk dan asri karena berada di bawah kaki Gunung Burangrang dengan ketinggian di atas 800 mdpl dengan bentang hamparan hutan lindung, gugusan gunung, area pesawahan dan air pegunungan yang melimpah di sungai-sungai kecil maupun besar ditambah lagi tradisi masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada hasil bumi dan jamuan alam membentuk mereka menjadi masyarakat tradisional yang memiliki pola-pola kemapanan ekologis yang sangat layak untuk diteladani oleh para pembelajar dalam upaya merawat, melestarikan, sekaligus memanfaatkan sumberdaya alam secara harmoni di tengah peradaban masyarakatnya. Karena kemudian lahir Lembur Atikan Sunda merupakan destinasi wisata edukasi berbasis ekologi yang dikemas melalui kegiatan jelajah budaya tradisional Purwakarta.
Kampung Tajur kini menjadi pilihan utama bagi sekolah-sekolah tidak hanya di Purwakarta tapi juga dari luar Purwakarta yang ingin mendapatkan pengalaman belajar secara langsung yang berkaitan dengan lingkungan serta budaya tradisional Sunda dengan banyaknya kegiatan ekplorasi antara lain: Imah Tradisi, Gunatani, Aki Paneresan, Saung Anyam, Raksa Burangrang atau Edukasi Konservasi Hutan, Kaulinan Barudak Lembur dan Dapur Hawu Pasundan
Ekplorasi Lembur Atikan Sunda Kampung Tajur
Tim Media Disdik Purwakarta, hari Rabu, 23 Oktober 2024 diundang langsung untuk mengikuti Ekspolrasi Lembur Atikan Sunda yang kali ini pesertanya adalah peserta didik SMPS Fullday Al-Muhajirin 2 sebanyak 250 orang. Kegiatan tersebut merupakan salah satu program unggulan wisata pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat penggiat wisata kampung Tajur dibawah binaan Kompepar Desa Pasanggrahan yang bekerja sama dengan Komunitas Guru Bahasa Sunda Purwakarta.
Perjalanan eksplorasi dimulai dengan berkumpul di lapangan untuk mendapatkan pengarahan serta kemudian dilanjutkan menuju Pos 1 yaitu Saung Anyaman. Di saung ini, peserta diperkenalkan bahan baku dan alat-alat tradisional dalam membuat anyaman serta kemudian melakukan praktik baik dengan membuat tempat gula aren dari bambu. Terlihat antusias dari peserta didik saat mengikuti praktik baik tersebut bahkan anyaman yang mereka buat kemudian bisa dibawa pulang.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Pos 2 yang terletak di Kampung Patrol Desa Pasanggrahan yang terletak di dekat hulu sungai Ciherang yang airnya mengalir jernih dari kedalaman hutan lindung Burangrang. Di Pos ini siswa diberikan materi keraifan lokal masyarakat tradisional dalam upaya konservasi hutan dan alam sekitarnya. Di Pos ini para pengunjung melakukan refleksi tentang pentingnya memahami upaya menjaga dan merawat alam bagi kehidupan manusia. Setelah pemberian materi kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan praktik baik berupa penanaman bibit pohon kelapa di pinggir Sungai yang bertujuan untuk membantu mencegah abrasi di sekitar sungai dan membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Setelah menanam pohon kegiatan dilanjutkan ke Pos 3 yaitu rumah pengrajin gula aren. Disinilah lintas jelajah dimulai karena perjalanan menuju rumah tersebut melewati sungai kecil dan titian sawah. Di rumah tersebut, Pemandu dari Karang Taruna Kampung Tajur menjelaskan tentang pohon enau baik itu manfaat maupun jenisnya, memperkenalkna Teknik penyadapan beserta peralatannya kemduian siswa diperkenankan melihat langsung proses pembuatan gula aren yang saat itu dalam proses penggodogan air enau.
Setelah Pos 3, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 4 kali ini berada di dataran hutan bambu. Di Pos ini peserta dikenalkan pada permainan panahan, pamatang dan sasak goyang di alam terbuka dengan pemandangan hamparan sawah dan suara aliran Sungai. Setelah pos 3, penjelajahan alam dilanjutkan menuju Pos 4 melewati hutan dengan pepohonan lebat. Pos 4 adalah tempat peserta didik belajar menanam bibit padi, membajak sawah dan gubyak balong. Untuk kali ini, peserta putri mendapat pengalaman menanam bibit padi dan peserta didik laki-laki membajak sawah yang dilanjutkan mengambil ikan di kolam. Terlihat raut bahagia yang dirasa peserta didik karena mereka bisa bebelokan di area sawah, merasakan segarnya air yang mengalir dan tentunya dirasakan bersama teman-temannya.
Acara ditutup dengan makan siang bersama yang menyajikan masakan sunda seperti ayam goreng, ikan asin, sambal, lalab, olahan tahu dan tempe serta tumisan sayuran.
Tentunya kegiatan Ekplorasi Lembur Atikan Sunda Kampung Tajur memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Mereka melakukan kegiatan dinamika kelompok yang edukatif serta bisa menyatu dengan alam. Merasakan masakan hasil bumi setempat, merasakan air pegunungan bahkan bisa shalat berjamaah bersama-sama di area lapang dengan pemandangan hamparan gunung.
Ketua tim SMPS Full day Al-Muhajirin 2, Yanuar Yusuf mengatakan dengan mengikuti Eksporasi Lembur Atikan Sunda para siswa mendapat pengalaman belajar langsung yang menyenangkan, diharapkan kelak peserta didiknya tidak sampai melupakan asal-usulnya sebagai bagian dari masyarakat Sunda, memperkenalkan keadaan di desa-desa serta melestarikan budaya sunda agar tidak mudah dilupakan. (MH/Red.)
Penulis : Mira Habibah (@mirahabibah_28)