image

Admin Dinas Pendidikan

09 Februari 2021

4642x Dilihat
Seputar Program Tatanen di Bale Atikan : Bukan Sekedar Bisa Panen

Oleh : Asep Rahmatudin 

(Penulis adalah Kepala Sekolah SMPN 2 Campaka)

Bagi sekolah yang melaksanakan program Tatanen di Bale Atikan (TDBA), panen merupakan sebuah keniscayaan, karena bagi siapapun orang yang menanam punya harapan untuk memanen. Adapun apa dan bagaimana hasilnya, tergantung pada apa yang ditanam dan bagaimana menanamnya? 

Namun begitu, program TDBA yang diluncurkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta lebih dari sekedar bisa panen. Atau, asal sekolah hijau. Serta bukan pula dimaksudkan untuk mengarahkan anak-anak menjadi petani. Alih-alih, program TDBA diharapkan menjadi solusi atas berbagai persoalan ekologi yang terjadi saat ini. 

MAWAS TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN

“Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi berlebihan terhadap  sumber daya alam harus menjadi renungan semua pihak, tak terkecuali dunia pendidikan. Karena itu program Tatanen di bale Atikan harus dilaksanakan secara terstruktur,   sistematis, dan massif.”

Begitu kira-kira keresahan (sense of crisis) program TDBA yang diungkapkan oleh Dr. H. Purwanto, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta) ketika membuka Pelatihan untuk Pelatih Tatanen di Bale Atikan pada Hari Senin, 08/02/2021 di Bale Pancaniti Jl. Ipik Gandamanah Purwakarta.

Tatanen di bale Atikan harus “terstruktur”. Artinya, program ini masuk pada struktur kurikulum sekolah. Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat menyusun kurikulum (KTSP) yang integratif dengan program Tatanen di bale Atikan. 

Lalu, “sistematis” artinya program TDBA harus dilaksanakan dengan proses yang terencana, terorganisir serta step by step. Sehingga, menjadi pembelajaran bagi semua warga sekolah, khususnya peserta didik. 

Kemudian, “massif” berarti bahwa program TDBA harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 

Karena itulah, Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta telah membuat grand design Tatanen di bale Atikan dalam bentuk panduan, regulasi dalam bentuk peraturan bupati, dan menyiapkan pelatih yang tersertifikasi.

Tatanen di bale atikan diharapkan menjadi role model Pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran hidup ekologis, semua pihak bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan lingkungannya. Karena itu dalam implementasinya kegiatan Bertani yang menjadi objek pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan system permakultur, yaitu pendekatan dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam. System permakultur melihat tumbuhan dan hewan dalam semua fungsinya, serta memperlakukan semua area sebagai satu kesatuan produk. Dengan sistem permakultur, bumi sebagai satu kesatuan ekosistem akan terjaga kelestariannya dengan baik, terhindar dari kerusakan akibat kesalahan tata kelola lahan, penggunaan bahan-bahan kimiawi, dan perilaku buruk lainnya.

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)