06 Juni 2020
disdik.purwakartakab.go.id -- Kesenian adalah ciri khas budaya dari setiap Daerah untuk mengekpresikan diri dan semesta alam dalam berbagai wujud.
Kesenian Jawa Barat yang begitu melekat dalam ingatan antara lain Jaipong, angklung tak terkecuali di Purwakarta adalah sebuah kesenian khas yang hampir terlupakan yaitu kesenian "DOMYAK".
Kesenian Khas Purwakarta Buncis atau kini dikenal dengan "DOMYAK" yang lahir di desa Pasirangin Kecamatan Darangdan telah populer sejak tahun 1920an yang diciptakan oleh Mama Nuria sebagai generasi pertama, dilanjutkan oleh Bah Jumanta yang telah meninggal 4 tahun lalu diusia 128 Tahun sebagai generasi kedua, kini Bah Husen menjadi penerus ketiga kesenian Domyak yang ada di Purwakarta.
Kesenian DOMYAK terlahir dari sebuah permasalahan yang sering menimpa masyarakat desa Pasirangin Kecamatan Darangdan yaitu kemarau panjang sehingga tokoh adat setempat membuat sebuah ritual kesenian sebagai permohonan meminta hujan kepada sang pencipta.
Kegiatan ritual ini dimulai dari arak-arakan di tengah desa hingga ke sumber mata air.
Domyak berasal dari akronim atau kirata bahasa dari kalimat "Ari Dur, Ari Rampayak". Dur adalah bunyi bedug dari salah satu waditra musik pengiring kesenian. Rampayak artinya menari.
"Jadi, ketika ada suara dur dari bedug itu yang dimainkan, langsung ada yang menari", papar salah satu penggiat seni budaya Domyak.
Adapun Alat-alat musik yang digunakan antara lain Dog-dog atau bedug 3/4, kenong, gong, terompet dan angklung selain itu ada pula penari yang mengikuti iringan musik. (AJ/Red)