06 September 2019
Peg Streep, seorang pemerhati tren digital dan remaja, menuliskan empat alasan utama remaja menjadi pecinta berat media sosial, seperti dilansir dalam situs Psychology Today, Selasa, 25 Juni 2013 :1.(satu). Ingin mendapatkan perhatian, 2. ( dua) Meminta pendapat, 3.(tiga) Menumbuhkan citra, 4.(empat) Kecanduan.
Setiap individu manusia akan mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Hal ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu. Media sosial sedikit demi sedikit membawa kita ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir kita. Media sosial di dunia maya saat ini sudah menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan otomatis akan mempengaruhi perilaku dan kehidupan manusia itu sendiri. Tapi tentunya ada cara yang bijak untuk menyikapi perkembangan media sosial secara baik dengan memilih konten media sosial yang sesuai dengan kebutuhan kita, tapi tak segampang membalikan tangan kita bisa memilih dan memilah isi berita media sosial tersebut. Tak bisa dipungkiri dan ini sudah menjadi kenyataan bahwa banyak anak-anak di bawah umur memiliki akun-akun media sosial seperti WA, You Tube, Game On Line, Facebook, Instagram dan sebagainya. Sudah menjadi gaya hidup para remaja khususnya peserta didik yang duduk di bangku SMA/SMK, SMP/MTs, SD/MI bahkan TK. Sepertinya media sosial bagi mereka adalah sarana untuk mengekspresikan diri.
Lalu kenapa media sosial banyak disenangi oleh para peserta didik ? Para peserta didik disebut juga bagian dari kalangan remaja, dimana masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi sebab pada saat itu, seseorang akan bersiap atau telah meninggalkan masa kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa dewasa. Media sosial telah menjadi bagian dari pengalaman tumbuh dewasa para remaja. Waktu yang dihabiskan untuk media sosial seringkali lebih banyak dibandingkan dengan waktu untuk keluarga dan belajar. Namun apa yang mereka posting kan di media sosial tidak selalu menggambarkan keadaan the real of social life mereka. Ketika para remaja tersebut memposting sisi hidupnya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian.
Berikut dampak negatif media sosial pada remaja :
Berawal dari rumah kita lah bagaimana cara mengatasi dampak negatif dari media sosial. Berikut langkah-langkahnya :
1. Peran orang tua sebagai pendamping sangatlah dibutuhkan. Pergunakanlah bahasa dan perkataan yang sopan dalam menggunakan jejaring sosial. Orang tua bisa mengondisikan bahwa masuk ke situs negatif (konten porno atau kekerasan) itu sesuatu yang tabu, tentukan waktu online bersama. Orang tua dan anak sering berdiskusi tentang berbagai informasi dari internet. Jika ada PC / komputer maka letakkan PC tersebut di ruang keluarga dan sebaiknya tidak di kamar tidur.
2. Biasakan anak untuk disiplin mematuhi batasan waktu menggunakan internet. Hindari anak pegang HP/ gadget atau duduk didepan PC / komputer saat jam-jam sholat, mengaji, belajar, atau hindari mereka bermedia sosial hingga larut malam. Komunikasikan dengan penuh kasih sayang apa manfaat positif maupun negatif internet kepada anak kita.
3. Jika anak memperlihatkan tingkah laku tak wajar, segera diskusikan dengan mereka. Kita harus mencari tahu apa penyebabnya, apakah internet menjadi penyebabnya. Tekankan pula pada anak bahwa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Remaja saat ini sudah seharusnya menggunakan jaringan internet secara bijak sehingga kita tidak menjadi orang yang mencandu akan jejaring sosial. Sebaiknya para pengguna situs jejaring sosial ini tidak harus berhenti total untuk tidak menikmati situs tersebut, namun lebih bijak kalau secara perlahan untuk menguranginya yaitu dengan mengurangi jam bermain WA, Youtube, Facebook, Twitter, Instagram dan lain - lain. Implementasikan medsos dengan baik dan benar, gunakan peluang yang ada sebagai sarana yang positif.
Sudah selayaknya bagi setiap lapisan masyarakat, para remaja dan khususnya para orang tua menggunakan media sosial secara bijak dan tidak berlebihan serta gunakanlah hanya ketika dapat memberi manfaat agar terhindar dari kecanduan media sosial. Semoga.
Penulis adalah Guru SMP Negeri 2 Plered (Isep Suprapto)