image

Admin Dinas Pendidikan

06 September 2019

2537x Dilihat
RUMAH KITA  =  The  1 st  SUPERVISOR  TERHADAP MEDSOS  ANAK

Peg Streep, seorang pemerhati tren digital dan remaja, menuliskan empat alasan utama remaja menjadi  pecinta berat media sosial, seperti dilansir dalam situs Psychology Today, Selasa, 25 Juni 2013 :1.(satu). Ingin mendapatkan perhatian, 2. ( dua)  Meminta pendapat, 3.(tiga)  Menumbuhkan citra,  4.(empat) Kecanduan.

Setiap individu manusia  akan mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Hal ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri                                                     (The Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu. Media sosial sedikit demi sedikit membawa  kita ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir kita.  Media sosial di dunia maya saat ini sudah menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan otomatis akan mempengaruhi perilaku dan kehidupan manusia itu sendiri. Tapi tentunya ada cara yang bijak untuk menyikapi perkembangan media sosial secara baik dengan memilih  konten media sosial yang sesuai dengan kebutuhan kita, tapi  tak segampang  membalikan  tangan kita  bisa memilih dan memilah isi berita media sosial tersebut. Tak bisa  dipungkiri dan ini  sudah menjadi  kenyataan  bahwa  banyak anak-anak di bawah umur memiliki akun-akun media sosial seperti  WA, You Tube, Game On Line, Facebook, Instagram  dan sebagainya. Sudah menjadi gaya hidup  para  remaja  khususnya  peserta  didik  yang duduk  di bangku  SMA/SMK, SMP/MTs,  SD/MI  bahkan TK. Sepertinya  media sosial bagi  mereka  adalah  sarana  untuk mengekspresikan diri.

Lalu  kenapa media sosial banyak disenangi oleh  para peserta didik ? Para  peserta  didik  disebut  juga  bagian dari kalangan remaja, dimana  masa  remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi sebab pada saat itu, seseorang akan  bersiap atau telah meninggalkan masa kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa dewasa. Media sosial telah menjadi bagian dari pengalaman tumbuh dewasa para remaja. Waktu yang dihabiskan untuk media sosial seringkali lebih banyak dibandingkan dengan waktu  untuk keluarga dan belajar. Namun apa yang mereka posting kan di media sosial tidak selalu menggambarkan keadaan the real of social life mereka. Ketika para remaja tersebut memposting sisi hidupnya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian.

Berikut  dampak negatif media sosial pada remaja :

  1. Terganggunya  perkembangan moral. Hal ini terjadi karena pemaparan pada situs-situs yang banyak mengandung unsur pornografi dan kekerasan. Banyak kasus di Indonesia tentang kekerasan dan kejahatan seksual pada remaja yang baik pelaku maupun korbannya adalah remaja akibat melihat  terhadap situs-situs internet yang tidak terkontrol oleh orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan remaja di Indonesia.
  2. Perkembangan emosi dan sosial remaja menjadi terganggu. Pada remaja, perkembangan emosi tidak terlepas dari interaksinya dari lingkungan sosial. Bila lingkungan sosial yang ada di sekeliling remaja berupa lingkungan sosial yang “virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosi remaja juga cenderung tidak kuat karena umpan balik dari lingkungan virtual dapat diatur sesuai kehendak individu sedangkan umpan balik dari lingkungan nyata belum tentu sesuai dengan kehendak individu. Sehingga individu harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya.
  3. Mengganggu pada perkembangan fisik remaja. Contoh yang paling  serius  seperti  pada kelelahan mata, sakit kepala, selain itu  kegemukan / obesitas juga kasus yang sering terjadi akibat berkurangnya aktivitas fisik.
  4. Munculnya tindak kejahatan, Banyak juga orang yang menggunakan  media sosial sebagai alat untuk melakukan kejahatan seperti contohnya penculikan dan penipuan
  5. Bisa  mengganggu hubungan persahabatan antar teman 
  6. Menimbulkan sifat candu, media sosial juga dapat menimbulkan candu yang dapat mengakibatkan sifat penggunanya  menutup diri pada kehidupan sekitar

 

Berawal dari rumah kita lah bagaimana  cara mengatasi dampak negatif dari media sosial. Berikut langkah-langkahnya :

1.      Peran orang tua sebagai pendamping sangatlah dibutuhkan. Pergunakanlah  bahasa dan perkataan yang sopan dalam menggunakan jejaring sosial. Orang tua  bisa  mengondisikan bahwa masuk ke situs negatif (konten porno atau kekerasan) itu sesuatu yang tabu, tentukan waktu online bersama. Orang tua dan anak sering berdiskusi tentang berbagai informasi dari internet. Jika  ada  PC / komputer  maka  letakkan PC tersebut  di ruang keluarga dan sebaiknya tidak di kamar tidur.

2.    Biasakan anak untuk disiplin mematuhi batasan waktu menggunakan internet. Hindari anak  pegang  HP/  gadget  atau  duduk didepan  PC / komputer  saat  jam-jam sholat, mengaji, belajar, atau  hindari mereka  bermedia sosial hingga  larut malam. Komunikasikan  dengan  penuh kasih sayang  apa manfaat positif maupun negatif internet kepada anak kita.

3.      Jika anak memperlihatkan tingkah laku tak wajar, segera diskusikan dengan mereka. Kita  harus mencari tahu apa penyebabnya,  apakah internet menjadi penyebabnya. Tekankan pula pada anak bahwa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Remaja saat ini sudah seharusnya menggunakan jaringan internet secara bijak sehingga kita tidak menjadi orang yang mencandu akan jejaring sosial. Sebaiknya para pengguna situs jejaring sosial ini tidak harus berhenti total untuk tidak menikmati situs tersebut, namun lebih bijak kalau secara perlahan untuk menguranginya yaitu dengan mengurangi jam bermain  WA, Youtube, Facebook, Twitter, Instagram dan lain - lain.  Implementasikan  medsos  dengan baik dan benar, gunakan peluang yang ada sebagai sarana yang positif.

Sudah selayaknya bagi setiap lapisan masyarakat,  para  remaja dan khususnya  para  orang tua menggunakan media sosial secara bijak dan tidak berlebihan  serta gunakanlah hanya ketika dapat memberi manfaat agar terhindar dari kecanduan media sosial. Semoga.

Penulis adalah Guru SMP Negeri 2 Plered (
Isep  Suprapto) 

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)