20 Februari 2022
Ditulis oleh : Ida Kholidah
(Guru PAI & BP SMPN 1 Bungursari Purwakarta)
disdik.purwakartakab.go.id -- Pendidikan agama sangatlah penting bagi setiap pribadi baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat karena agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan,
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Mengingat betapa urgennya pendidikan agama bagi umatnya, maka peran guru yang profesional sebagai ujung tombak di dunia pendidikan sangat diharapkan untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama kepada peserta didiknya dengan berbagai metode dan teknik yang bertujuan agar pembelajaran menjadi lebih mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Di samping itu pula metode dan teknik dilakukan agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang di rumuskan dalam silabi mata pelajaran yang bisa menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran. Oleh karena itu, metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung. Penggunaan atau pemilihan suatu metode mengajar di sebabkan oleh adanya beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi, kondisi, kemampuan pribadi guru, sarana dan prasarana. Metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, pembiasaan, keteladanan, sosio drama, sorogan, bandongan, drill, pemberian tugas, karya wisata, dan lain sebagainya.
UPTD SMP Negeri 1 Bungursari Purwakarta pada Mata pelajaran PAI & BP kelas VII materi Asma’ul Husna menerapkan metode Karya Wisata pada pembelajarannya. Sesuai dengan (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 17, 42, 51, 57 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; (3) Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; (4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; (5) Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan; (6) Perbup Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter; (7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan KehutananRI Nomor 52 P. 52/ MENLHK/ SETJEN/ KUM.1/ 9/ 2019 tentang Gerakan Peduli Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah; (8) Peraturan Gubernur Jawa BaratNo. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman pelaksanaan KurikulumMuatan Lokal Pendidikan lingkungan Hidup (Kutipan dari buku Panduan Tatanen di Bale Atikan).
Pendidikan karakter harus berpijak pada landasan filosofis tentang hakikat pendidikan dan manusia. Landasan filosofis ini menelaah pendidikan dan manusia secara radikal, menyeluruh, dan konseptual bersumber dari faktor religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan dan bersumber pada ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran (Tirtaraharja: 2005). Filosof Inggris Herbert Spencer menjelaskan pendidikan itu sebagai berikut: “Education has for its object the formation of character.” Sasaran pendidikan adalah membangun karakter. Konsep karakter memiliki makna substantif dan proses psikologis yang sangat mendasar, sebagaimana dinyatakan oleh Lickona (1992: 50) bahwa karakter merujuk pada konsep good character. Karakter yang baik menurut Aristoteles sebagai “...the life of right conduct-right conduct in relation to other persons and in relation to oneself”.
Karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain dan terhadap diri sendiri. Islam mempunyai pandangan lain tentang pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42) menjelaskan: “Pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (ta’dib) secara utuh, alam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad SAW., sehingga menjadi manusia sempurna.Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan manusia menuju dunia lain yang lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup instinktif belaka. Dunia yang lebih tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal.”
Dengan terpilihnya UPTD SMP Negeri 1 Bungursari sebagai salah satu sekolah model TdBA dengan SK nomor: 420/ 114/ Disdik-2021 tanggal 05 April 2021 maka TdBA harus terintegrasi ke dalam kurikulum dalam penerapannya. Berdasarkan rujukan-rujukan tersebut dalam praktek pembelajarannya sebagai upaya penguatan karakter peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan, pemanfaatan lahan kosong menjadi produktif, peningkatan kreatifitas dan tumbuhnya jiwa entrepreneurship pada diri peserta didik maka salah satunya metode pembelajaran yang digunakan adalah metode karya wisata pada materi Iman kepada Allah melalui pendekatan Asma’ul Husna. Metode ini sangat mendukung program penguatan pendidikan karakter yang sejalan dengan kompetensi pembelajaran abad 21, sehingga memiliki karakter yang sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya dan kodrat jamannya yang dijadikan sebagai pendidikan berbasis penelitian.
Pada prakteknya peserta didik dibawa langsung melihat lahan di lingkungan sekolah dan menjelaskan tentang kekuasaan Allah yang berada di sekeliling sekolah agar kita sebagai umat manusia yang beriman kepada Allah harus bersyukur atas semua karunia Allah yang memiliki nama-nama indah yang disebut dengan Asma’ul Husna, yaitu indah untuk didengar, diucapkan, diterapkan dan diteladani oleh hambaNYA seperti yang tercantum dalam QS. Al-A’raf/ 7 : 180
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ
“Dan Allah memiliki Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik) maka bermohonlah kepadaNYA dengan menyebutnya Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan (nama-namaNYA). Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”.
Pada materi ini dijelaskan bahwa Allah swt memiliki Asma’ul Husna (nama-nma yang indah) seperti al-‘Aliim (Maha Mengetahui), al-Khabiir ( Maha Teliti), as-Sami’ (Maha Mendengar) dan al-Bashiir (Maha Melihat). Berdoalah kepadaNYA seraya menyebut Asma’ul Husna, seperti ya ‘Aliim, ya Khabiir, ya Sami’, ya Bashiir dan seterusnya karena doa yang demikian akan lebih dikabulkan Allah swt. Doa yang demikian juga bisa menginspirasi kita agar menjadi manusia yang ‘Aliim (berilmu), Khabir (mau meneliti), Sami’ (menjadi pendengar yang baik) dan Bashiir (pandai melihat kenyataan hidup) (dikutip dari buku paket PAI & BP Kementrian Pendidikan dan kebudayaan RI kelas VII).
Hal ini bila dikaitkan dengan Tatanen di Bale Atikan maka peserta didik diarahkan untuk bisa melihat keadaan sekeliling sekolah (sebagai penerapan sikap dari makna Asma’ul Husna al-Bashiir) agar bisa mengidentifikasi (sebagai penerapan sikap dari makna Asma’ul Husna al-Khabiir), mengolah (sebagai penerapan sikap dari makna Asma’ul Husna al-Aliim) dan memanfaatkan (sebagai penerapan sikap dari makna Asma’ul Husna as-Sami’) setiap jengkal lahan menjadi lebih produktif serta bisa melaporkan hasil dari pelaksanaannya kemudian mengevaluasi dan menentukan rencana tindak lanjutnya (RTL) yang tentunya dibimbing oleh gurunya.
Program Tatanen di Bale Atikan menfasilitasi kita agar beriman kepada Allah yang telah menciptakan bumi beserta isinya sebagai salah satu bukti keberadaanNYA dan sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta maka kita harus mengurus dan merawat makhluk-makhluknya. Sebagai implementasi dari pembelajaran yang sudah didapat bahwa peserta didik perduli dengan lingkungan sekitar baik lingkungan sekolah, lingkungan rumah bahkan lingkungan masyarakat. Peserta didik diajak untuk mengenal lingkungan sekolah dari mulai keadaan lahan, bagaimana cara mengolahnya serta merawatnya. Tentunya di sini guru dituntut untuk lebih memahami geografis sekolah serta lebih kaya wawasan lagi tentang bagaimana merawat alam dengan mengikuti berbagai workshop atau memperkaya wawasan dengan berbagai cara yang tidak cukup hanya mencari literasi di internet saja. Setelah itu peserta didik juga diajak untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan kemudian merumuskan bagaimana langkah tindak lanjut berikutnya. Hal ini akan menumbuhkan terbukanya wawasan mereka sehingga tumbuh rasa ingin tahu yang kemudian membangkitkan semangat belajar untuk dapat mempraktekkan teori yang didapat dan menganalisis hasilnya. Kreatifitas inovasiakan terbangun saat peserta didik mempraktekkan teorinya atau saat mengevaluasi atau bahkan saat tindak lanjut.
Mereka akan lebih aktif dan ceria serta komunikatif. Hal ini akan meminimalisir keheningan atau terbaginya konsentrasi peserta didik saat melakukan pembelajaran karena guru mendesign pembelajaran sedemikian rupa agar mereka bisa belajar dengan menyenangkan tanpa menapikan eksistensinya tetapi materi bisa tersampaikan dan dicerna oleh peserta didik dengan baik secara practice scientific berkesinambungan dengan pendekatan alam sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) sehingga tujuan dari pembelajaran bisa tercapai.
Penilaian dilakukan meliputi i penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, penilaian sikap sosial dan penilaian sikap spiritual. Dengan metode ini maka pembelajaran menjadi lebih muadah, efektif, kreatif, efisien dan menyenangkan sehingga upaya penguatan karakter peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan, pemanfaatan lahan kosong menjadi produktif, peningkatan kreatifitas dan tumbuhnya jiwa entrepreneurship pada diri peserta didik diharapkan bisa tercapai.
Akhir dari pembelajaran yang dilakukan sebagai hikmah dari beriman kepada Allah melalui pendekatan Asma’ul Husna diantaranya bahwa peserta didik setelah mengikuti pembelajaran merasa yakin dan percaya adanya Allah yang akan selalu menolong hambanya dan mendengarkan setiap doa yang dipanjatkan serta akan membalas setiap apa yang dilakukannya, contohnya saat peserta didk mempraktekkan menanam, merawat tanaman di sekitar sekolah mereka yakin dengan usaha keras akan membuahkan hasil dengan pertolongan Allah., selain itu diharapkan peserta didik hatinya menjadi tentram tidak gelisah dengan mensyukuri setiap karunia Allah yang diterimanya. Misalnya karunia dimana bisa menghirup udara segar di sekeliling sekolah dan karunia bahwa mereka masih bisa bergerak belajar di kebun sekolah bersama teman-temannya. Berikutnya bahwa peserta didik diharapkan dengan pondasi keimanannya mendorong mereka untuk berbuat baik dalam kehidupannya sehingga sepanjang hidup mereka tidak akan merasa merugi karena akan selalu ada hikmah di setiap kejadian (QS. Al-Ashr/ 103l; 1-3).
Bungursari, Food Foerest BURSA UPTD SMP Negeri 1 Bungursari Purwakarta
Jum’at, 18 Februari 2021; 14.30 WIB
#Salam Literasi; Indonesia_Berkarya!!!
Referensi