14 Maret 2019
disdik.purwakartakab.go.id – Dalam rangka pengaplikasian kebijakan “Tujuh Poe Atikan Istimewa”, jajaran manajemen Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Kahuripan Padjadjaran Purwakarta menggelar giat bertajuk “Festival Budaya Maneuh di Sunda”, Rabu (13/03).
Dari amatan langsung di lokasi, kegiatan ini diikuti lima belas sekolah dasar (SD) di Kecamatan Purwakarta. Kegiatan di-isi rupa-rupa lomba, seperti lomba ngagubyag balong, lomba tandur padi dan lomba ngurek belut.
Januar Raditya Pramata (12), pelajar kelas 6 SDN Tegalmunjul mengaku baru kali ini mengikuti kegiatan ini. Dia bersama timnya memilih ikut perlombaan tandur. Alasannya, singgung dia, karena seumur hidupnya belum pernah turun ataupun bermain di sawah.
"Jadi, sangat penasaran. Tandur itu seperti apa dan bagaimana rasanya," ujar pelajar yang beranjak remaja ini.
Lebih lanjut, hal yang menarik hati Januar adalah pengalaman bermain lumpur. Menurutnya, hal tersebut sangat mengasyikan. Pasalnya, Januar tinggal di perkotaan dan kedua orang tuanya tidak mempunyai sawah.
“Jangankan bermain lumpur di sawah. Main di pekarangan yang lapang saja sangat sulit,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Kepala SMPN 10 Kahuripan, Neneng M Patimah mengatakan, “Festival udaya Maneuh Di Sunda” diselenggarakan pertama kalinya di wilayah perkotaan. Tujuannya, timpal dia lagi, adalah ingin mengenalkan kembali budaya masyarakat sunda yang diaplikasikan dalam pelajaran.
“Festival ini memberikan pesan makna bagi pesertanya untuk senantiasa mengenal dan "ngamumule" budaya Sunda. Upaya ini merupakan salah satu sarana mendekatkan siswa dengan alamnya serta mereka bisa aktif bergerak, sehingga bisa tehindar dari ketergantungan gadget,” runutnya.
Sementara, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Dodi Winandi yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Purwakarta, H. Purwanto, mengaku sangat mengapresiasi perhelatan kegiatan yang di-inisiasi SMPN 10 Kahuripan Purwakarta.
“Pemerintah daerah kabupaten purwakarta melalui Dinas Pendidikan memiliki kebijakan tematik “tujuh poe atikan istimewa”. Kegiatan ini sesuai dengan semangat kebijakan tersebut. Hal sederhana seperti menangkap belut rupanya sarat makna. Yaitu, menguji kesabaran, menjaga kelestarian alam, serta anak bisa bertahan di kondisi lingkungan apapun. Pengalaman yang sangat berharga untuk tumbuh-kembang para siswa," pungkasnya. (NC/Red)