Setiap pagi, seringkali suasana di kelas dipenuhi dengan suara riuh siswa-siswi yang bersumber dari sisa energi aktivitas di luar ruang kelas. Dengan kondisi tersebut, tidak mudah mengajak siswa untuk langsung fokus dan siap belajar. Guru perlu menciptakan penghubung dari suasana luar menuju suasana kelas yang lebih kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kelas dan pengajaran menentukan ketercapaian suatu proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pengajaran berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Kelas yang kondusif dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar.
Berawal dari keinginan menciptakan suasana kelas yang kondusif, guru perlu meningkatkan peran dan kompetensinya dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih baik. Mengadopsi ilmu dari hasil kegiatan In House Training Tatanen di Bale Atikan akhir tahun lalu dan beberapa artikel dan jurnal penelitian, muncul ide untuk mengawali kegiatan belajar mengajar dengan melakukan duduk hening, sebagai usaha sederhana namun bermakna dalam membangun kesadaran diri siswa.
Guru memandu siswa dengan kalimat instruksi yang sederhana dan perlahan, seperti: "Mari posisikan tubuh dengan nyaman, singkirkan benda-benda yang akan mengurangi kenyamanan kalian, tutuplah mata secara perlahan, tarik napas dari hidung, tahan lalu hembuskan secara perlahan." Siswa dibimbing hingga ia tidak bisa mendengar suara bising, telinganya hanya mendengar suara guru juga suara-suara yang muncul dari alam, seperti suara udara, suara bunyi hewan, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam proses duduk hening, guru memberikan kalimat-kalimat positif lainnya berisi doa, dukungan, dan harapan yang diharapkan dapat meningkatkan semangat siswa dalam mengawali pembelajaran. Siswa juga diberi kesempatan untuk berbicara dengan dirinya dalam kondisi duduk hening. Guru membantu siswa untuk memberikan kalimat-kalimat positif kepada diri sendiri, mengingatkan siswa dengan mimpinya dan bagaimana cara mereka meraih mimpinya, hal tersebut tentunya dikaitkan dengan alasan mereka pergi ke sekolah dan berada di dalam kelas saat ini. Di akhir proses, khususnya sebelum membuka mata, guru meminta siswa untuk memberikan pelukan kepada diri sendiri dan bersiap memberikan senyum kepada teman di sekitarnya ketika membuka mata. Hal tersebut berguna untuk menumbuhkan pemikiran positif terhadap diri sendiri dan teman-temannya.
Hasil dari kegiatan duduk hening adalah siswa menjadi lebih tenang, siap mendengarkan, dan lebih peka terhadap perasaan mereka sendiri maupun teman-temannya. Beberapa siswa bahkan mulai meminta duduk hening ketika suasana kelas mulai gaduh atau ketika mereka merasa tidak nyaman secara emosional.
Praktik duduk hening mengajarkan bahwa pendidikan tidak hanya soal pengetahuan, tetapi juga tentang menyiapkan tubuh, hati dan pikiran. Dengan membangun kesadaran diri melalui cara yang sederhana dan rutin, siswa menjadi lebih sadar dan utuh dalam menyikapi kehidupan belajar mereka. Duduk hening bukan sekadar aktivitas diam, tetapi langkah kecil menuju pembentukan karakter yang kuat dan penuh empati. Saya percaya, bila dilakukan dengan konsisten, praktik ini bisa menjadi budaya positif di kelas maupun sekolah secara keseluruhan.
Penulis:
Rizqika Alayya Inda Kibari
Guru SDN 1 Pasawahan