Pendidikan_Kita - Saat ini arus globalisasi tak dapat dielakan lagi, begitu juga revolusi digital, banyak pertanyaan muncul: masihkah relevan konsep trilogi pendidikan yang dulu digaungkan Ki Hadjar Dewantara (KHD) ? yakni, sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai tiga pilar utama pembentukan karakter dan kecerdasan anak. Sebagian masyarakat mungkin menilai bahwa zaman sudah berubah, sekolah kini bergeser ke ranah daring, keluarga semakin sibuk, dan masyarakat makin kompleks. Namun, benarkah trilogi pendidikan sudah tidak sesuai lagi? Sekolah tetap menjadi tempat utama bagi murid untuk menimba ilmu secara sistematis. Di era Kurikulum Merdeka, sekolah bukan hanya tempat mengejar nilai, tetapi ruang tumbuhnya karakter, kreativitas, dan kolaborasi. Peran guru juga telah berevolusi dari pengajar menjadi fasilitator dan inspirator.
Walau saat ini teknologi semakin canggih, peran sekolah sebagai lingkungan belajar yang membentuk kedisiplinan, tanggung jawab, dan etika tetap tak tergantikan. Jadi, sekolah dalam trilogi pendidikan masih relevan, bahkan justru harus diperkuat.
Lalu di zaman digital, peran keluarga justru semakin penting. Gawai dan media sosial membuka akses informasi seluas-luasnya, tapi tidak semua informasi mendidik. Di sinilah orang tua harus hadir: mengawasi, mendampingi, dan menjadi teladan. Keluarga adalah madrasah pertama, tempat anak belajar nilai moral, agama, sopan santun, dan kasih sayang. Tanpa peran aktif keluarga, pendidikan karakter seringkali hanya menjadi slogan di sekolah. Keluarga masih tetap menjadi unsur vital dalam trilogi pendidikan.
Pergaulan, budaya lokal, dan lingkungan sosial sangat memengaruhi kepribadian anak. Jika masyarakat abai terhadap pendidikan, maka anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung akhlak dan prestasi. Sebaliknya, masyarakat yang peduli terhadap pendidikan melalui kegiatan karang taruna, komunitas literasi, masjid, atau posyandu remaja dapat menjadi ‘sekolah kehidupan’ yang membentuk kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab. Masyarakat yang mendukung pendidikan menciptakan anak-anak yang peduli dan berpikir luas.
Diakhir artikel ini saya simpulkan dimana zaman boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tetapi manusia tetaplah makhluk sosial yang belajar dari lingkungan. Konsep trilogi pendidikan tidak hanya masih relevan, tapi justru semakin penting di era kompleksitas ini. Ketiganya (sekolah, keluarga, masyarakat) harus bersinergi, saling menguatkan, dan tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Jika salah satu unsur dalam trilogi ini lemah atau tidak menjalankan fungsinya, maka pendidikan akan pincang. Namun, jika ketiganya saling mendukung, maka lahirlah generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi masa depan.
Mari kita terus jaga dan pelihara, perbarui, serta aktualisasikan semangat trilogi pendidikan agar tetap menjadi landasan kokoh pendidikan Indonesia.
Penulis :
Isep Suprapto, M.Pd
(Kepala SMP Negeri 3 Tegalwaru)