image

Admin Dinas Pendidikan

26 April 2020

5119x Dilihat
Kitab Komik Sufi 3 ; Hikayat Nasrudin Hoja

 

Oleh : Widdy Apriandi 

(Penulis adalah Pegiat Kopi Indonesia sekaligus Redaktur Website Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta) 

Redaksi website Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakart bertekad mempublikasi resensi buku secara rutin. Di suasana Ramadhan, biar ‘afdhal’, rencananya publikasi akan dilakukan setiap jelang waktu berbuka puasa. Hitung-hitung pengantar buka puasa. 

Buku pertama yang akan diulas adalah “Kitab Komik Sufi 3 ; Hikayat Nasrudin Hoja” karya Bayu Priambodo atau lebih akrab dengan panggilan Ibod. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Muara KPG (grup gramedia) dengan jumlah halaman sebanyak 146. Lumayan tebal. 

Buku yang berisi ilustrasi gaya komik ini menceritakan tentang tingkah polah Nasrudin Hoja, seorang sufi terkenal dari Turki pada abad ke-13. Beliau digelari “Hoja”. Yaitu, panggilan kehormatan untuk seorang ulama terpandang di negeri itu. 

Nasrudin bukan sufi sekaligus ulama biasa. Sebab, cara beliau mengajarkan kebijaksanaan tidak mesti serius atau formal—dalam bentuk pengajaran. Tidak. Alih-alih, Nasrudin membuka wawasan kebijaksanaan kepada ummat lewat tingkahnya yang jenaka, baik melalui omongan maupun perilakunya. 

Sebagai contoh, diceritakan, pada suatu waktu rumah Nasrudin kemalingan. Karena kejadian itu, banyak tetangga datang ke rumahnya untuk melihat kondisi Nasrudin. Istri Nasrudin menyalahkannya karena ia ceroboh tidak mengunci pintu depan. Dan karena hal itu, para tetangga yang berkumpul pun menyalahkah sang Hoja. Atas ‘tuduhan’ itu, Nasrudin menimpalinya dengan pernyataan yang membuat orang-orang terhenyak. 

“Kenapa saya yang disalahkan. Bukankah ada orang lain yang lebih layak disalahkan? Pencurinya!”, kata Nasrudin. 

Pernyataan Nasrudin sesungguhnya adalah pelajaran kebijaksaan. Yakni, bahwa seringkali kita lupa inti masalah yang sesungguhnya. Sehingga, konsentrasi kita habis pada hal lain yang sesungguhnya bukan masalah yang mendasar.  Pada kasus itu, masalah sesungguhnya adalah nafsu mencuri pada diri manusia yang jelas-jelas sangat dibenci oleh Allah SWT. 

Lalu, di lain kesempatan, diceritakan rumah Nasrudin kembali kecurian. Kali ini, yang kesal adalah si pencuri itu sendiri. Dia kecewa karena di rumah sang Hoja tidak ada barang berharga sama sekali. Tapi, ia menemukan kotak misterius yang dipikir berisi barang berharga. Ternyata, ketika dibuka, kotak itu justru berisi Nasrudin yang tengah sembunyi. Si pencuri kaget bukan kepalang. Dia bertanya, “kenapa anda sembunyi disitu?” 

Nasrudin menjawab, “Saya malu karena karena tidak punya apa-apa. Makanya saya sembunyi”. 

Begitulah cara Nasrudin ‘menasehati’ si Pencuri. Bukannya menuntut atas tindakan kriminalnya, Nasrudin justru menyindir secara halus dengan cara bilang malu karena ketidak-berpunyaannya kepada si Pencuri. 

Masih banyak kisah lain yang akan membuat para pembaca terpikat. Sayang sekali jika buku ini dilewatkan selama masa ‘karantina’ di rumah. Ya. Kapan lagi kita akan dapat pencerahan a la sufi tanpa harus repot-repot baca sambil pusing kepala? 

Menurut kami, buku ini bisa dibaca siapa saja. Termasuk, anak-anak. Ketimbang baca komik aneh-aneh yang seringkali justru tidak mendidik, lebih baik sodorkan komik sufi ini untuk mereka. Mudah-mudahan, ada berkah kebijaksanaan yang bisa mereka peroleh sambil sekalian tertawa.

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)