image

Admin Dinas Pendidikan

02 September 2024

1838x Dilihat
Fenomena Lulusan SD Belum Bisa Baca Tulis

Dalam satu dasawarsa terakhir, muncul fenomena bahwa banyak anak lulusan SD  yang belum bisa baca tulis. Ketika mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, kesulitan mulai tumbuh. Di lingkungan yang baru, sekolah yang baru, guru yang baru, mata pelajaran yang baru dan berbeda dengan jenjang SD, kelihatan kebingungan mereka mengikuti pembelajaran.

                Ada tiga fakta yang harus kita cermati. Pertama, peran orang tua di rumah, kedua motivasi anak, dan yang ketiga peran guru SD di sekolah, terutama guru yang mengajar di kelas bawah.

                Pertama, peran orang tua sangat besar dalam tumbuh kembang pendidikan anaknya. Orang tua mestinya tahu dan mengikuti perkembangan pembelajaran anaknya. Apabila si anak mulai masuk kelas 1 SD, dan mengenal kegiatan belajar tentu ada peningkatan. Dari yang tadinya tidak tahu huruf dan angka menjadi tahu. Menyusun huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat sehingga lancar dalam menulis dan membacanya. Orang tua berperan membantu dan mendampingi pembelajaran anak di rumah. Orang tua tidak sepenuhnya memercayakan kegiatan pembelajaran kepada guru di sekolah. Apalagi mengingat usia anak 6-7 tahun secara psikologis lebih dekat dan terbuka kepada orang tuanya. Apabila ditemukan kesulitan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran awal baca tulis, sebaiknya segera konsultasikan dengan guru kelasnya, agar didapat solusi yang terbaik.

                Kedua, perihal motivasi anak yang bersangkutan. Motivasi belajar akan tumbuh apabila didukung keinginan yang kuat pada diri si anak, ditambah lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar rumah tempat tinggalnya. Keinginan yang kuat untuk dapat membaca dan menulis dapat termotivasi, contohnya melalui kepemilikan handphone. Jangan sampai anak dapat mengoperasikan atau menggunakan handphone karena apal cangkem dengan istilah dan sandi, tanpa dapat membaca apa isi dan pesan yang tertera di layar telepon genggamnya.

                Ketiga, peran guru di sekolah. Guru SD yang mengajar di kelas bawah yakni kelas 1, 2, 3, berperan penting dalam mengenalkan dan membimbing anak agar anak didik semuanya dapat menulis dan membaca. Harus dipahami, bahwa dasar dari pemahaman mata pelajaran dan ilmu pengetahuan adalah menulis dan membaca. Bagaimana anak didik dapat mengikuti pembelajaran lanjutan, apabila dasarnya tidak dikuasai. Bila waktu satu tahun di kelas 1 SD masih ada anak didik yang belum dapat menulis dan membaca, maka dapat diulangi pada tahun kedua. Artinya anak tersebut mengulang Kembali di kelas 1 SD. Dan, ini tidak bertentangan dengan kurikulum, yang katanya tidak boleh anak tinggal kelas alias tidak naik. Boleh saja anak mengulang di kelas yang sama apabila belum tuntas dalam pembelajaran di jenjang tersebut. Belum cukup 2 tahun di kelas 1 SD misalnya, karena berbagai faktor maka perlu dicermati dan dievaluasi cara atau proses pembelajaran yang diterapkan. Mungkin kurang leukeun atau ketidaksabaran dalam mendidik mereka.

                Sedangkan dalam TP kelas 1 SD tentang Membaca dan Mengamati disebutkan bahwa: Melalui latihan merangkaikan bunyi huruf dan huruf vokal lain, peserta didik membaca suku kata dengan baik. Melalui latihan menulis namanya sendiri, peserta didik mampu mengenali bentuk kata nama diri yang diakrabinya.

                Jadi, rentang waktu 3 tahun di kelas bawah, sepertinya cukup untuk memberikan dasar pembelajaran dengan kemampuan membaca dan menulis bagi seluruh peserta didik. Agak mengherankan apabila lulusan SD dengan rentang waktu enam tahun masih ditemukan anak yang belum bisa membaca dan menulis.***

 

Penulis: AGUS MULYANA (Kepala SMPN 3 Darangdan)

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)