image

Admin Dinas Pendidikan

02 Maret 2021

4372x Dilihat
DAHSYATNYA KEKUATAN CINTA PART 2

oleh : Ihat Solihat, M. Ag.

(Pegiat Literasi Purbasari”/ Guru SMPN 2 Bungursari)


Mungkin sebagian besar pembaca akan berfikir lain ketika membaca judul artikel ini.

 

Pada part sebelumnya penulis memaparkan bahwa cinta yang dilandasi dengan ketauhidan dan ketaatan, akan mampu mengantarkan pemiliknya pada surga Allah Swt. Cinta yang dimaksud adalah cinta para nabi kepada isteri-isterinya.

Sudah sepantasnya jika setiap muslim menjadikan teladan atas kisah cinta mereka.

 

Berikutnya penulis akan memaparkan tentang cinta manusia kepada sesama manusia. Cinta seorang ibu kepada putera-puterinya salah satu contohnya. Seorang ibu rela bertaruh nyawa untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui putera-puterinya. Dia juga telah merasakan kepayahan yang luar biasa. Hal ini diilustrasikan oleh Allah Swt dalam QS. Luqman: 14

yang artinya :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Oleh karena pengorbanannya, Allah menghadiahi syahidah bagi seorang ibu yang meregang nyawa pada waktu persalinan.

Subhanallah....

 

Jika digambarkan secara runut, seorang ibu yang sedang mengandung putera-puterinya tidak akan memerdulikan lagi bentuk tubuhnya dan penampilannya, yang ada dalam benaknya adalah bagaimana supaya  asupan gizi dan nutrisi bagi si jabang bayi terpenuhi. Menginjak usia kehamilan yang mendekati persalinan, dia dibuat susah karena bobot si jabang bayi yang yang kian bertambah. Tidur tidak nyenyak, berat dirasakan, keinginan untuk ke kamar kecil semakin menjadi-jadi. Wahnan 'ala wahnin ( Al-Qur'an menggambarkannya, atau susah yang bertambah-tambah).

Apakah dia marah, atau putus asa dengan kesusahan itu? Jawabannya, tidak. Semuanya dilalui karena kecintaannya kepada bayi yang dikandungnya.

 

Menjelang persalinan, dia akan dihadapkan pada rasa sakit yang luar biasa, panas di sekitar pinggang, dan kesakitan-kesakitan lain.  Hanya usaha dan untaian do'a yang dapat dilakukan. Orang-orang terkasih  memberikan motivasi, sugesti positif, dan do'a agar persalinan berjalan lancar dan selamat. Perjuangan yang sebenarnya adalah dia dan si jabang bayi. Reaksi setiap ibupun berbeda, ada yang menjambak rambut sang suami, ada yabg histeris, ada jg yang terus-terusan memohon ampun kepada ibu-ibu mereka karena merasa selama ini telah banyak berbuat dosa.

Luar biasa,  ekspresi-ekspresi tersebut sebagai ekspresi rasa sakit yang luar biasa.

Namun, keajaiban justru datang sesaat setelah dia berhasil melahirkan buah hatinya. Begitu mendengar tangisan bayi, rasa sakit yang tadi mendera, hilang sudah, berganti dengan kebahagiaan. Bahagia karena permata hatinya sudah berhasil dia lahirkan dengan selamat dan sempurna.

 

Setelah prosesi melahirkan yang mengharu biru, seorang ibu akan dihadapkan pada proses menyusui/ laktasi. Dan lagi-lagi perjuanganpun terjadi pada proses ini. ASI yang belum keluar,  suara tangisan bayi pada saat dia sedang tidur pulas,  dan segudang pengalaman lain yang dirasakan oleh seorang ibu.

Sekali lagi pertanyaannya, apakah dia putus asa dan marah pada qodratnya? Jawabannya sekali lagi adalah "tidak".

Dia akan merasa bahagia melihat pertumbuhan putera-puterinya, apalagi jika mereka sudah menunjukan perkembangsn dalam hsl motorik dan kecerdasan kinetik lain.

 

Fase berikutnya adalah menyapihnya. Apakah itu juga susah? Jawabannya, ya. Seorang ibu tidak akan tega untuk menyapih putera-puterinya jika saja tidak ingat pada suruhan Allah Swt dalam QS. Luqman: 14 tadi. Melalui proses laktasi, dia akan merasakan kedekatan emosi dengan bayinya melalui kontak mata secara langsung. Pada saat itulah, benih-benih cinta semakin ditanamkan oleh Allah Swt dari seorang ibu keoada buah hatinya. Pada saat si bayi berusia dua tahun  harus disapih. Bayi marah, bahkan tidak jarang bayi juga sakit mungkin karena merasa kehilangan cinta sang Ibu. Tetapi seorang ibu harus melakukannya dengan salah satu tujuan untuk mengedukasi bayinya bahwa ada makanan lain yang sudah Allah Swt siapkan untuknya.

 

Makanya sangat benar sekali sabda Rasulullah Saw ketika ditanya oleh para sahabat, siapa yang harus dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau: "Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsuma Abuuka (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu)

Allahu A'lam.

Bagaimana Kesan Anda?

Berikan suara Anda untuk membantu kami meningkatkan pengalaman pengguna.

Sangat Buruk

Sangat Buruk (0%)

Buruk

Buruk (0%)

Cukup

Cukup (0%)

baik

Baik (0%)

Sangat baik

Sangat Baik (100%)