02 Maret 2021
Ihat Solihat, M. Ag.
Mungkin sebagian besar pembaca akan berfikir lain ketika membaca judul artikel ini.
Cinta, love, hubbun, atau apapun namanya selalu menjadi daya tarik dan menjadi
topik primadona baik di kalangan anak muda, orang tua maupun pujangga. Topik cinta
tidak akan pernah lekang oleh waktu, tetap menarik kapanpun disajikan.
Kecintaan kepada wanita, anak-anak, kendaraan, perhiasaan, kekayaan juga
diilustrasikan oleh Allah Swt begitu indah, tengok saja QS. Ali Imran: 14.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Jadi tidak ada yang salah
dari kecintaan kepada hal-hal tersebut.
Dalam hal kecintaan kepada lawan jenis, wanita mencintai laki-laki, atau sebaliknya
laki-laki mencintai wanita. Sejarah telah mencatat, ada pasangan fenomenal yg
karena perasaan cintanya mampu menggetarkan kalbu semua orang, dan mampu
mengantarkan mereka ke surga-Nya.
Bagaimana dahsyatnya ikatan cinta antara Nabi Adam as dan Hawa, dari sejak di
surga sampai diturunkan ke bumi ini. Bagaimana dahsyatnya ikatan cinta Nabi Ibrahim
as dan Sarah. Bagaimana dahsyatnya ikatan cinta Nabi Yusuf as dan Zulaikho. Dan
bagaimana dahsyatnya ikatan cinta Rasulullah saw dan Khadijah al-Kubra.
Sekali lagi, sejarah mencatat kedahsyatan cinta mereka. Nabi Adam as dan Hawa
yang diturunkan ke dunia berbeda tempat, mereka saling mencari dengan berjalan
kaki ratusan mil, ya ratusan mil, tanpa kendaraan hanya untuk menemukan kembali
kekasih hati. Dan karena kegigihanannya, setelah sekian lama akhirnya mereka
bertemu di padang Arafah. Sungguh luar biasa...
Nabi Ibrahim as dan Sarah, yang rela menunggu kehadiran buah cintanya tanpa
sedikitpun berpaling ke wanita atau laki-laki lain sampai akhirnya Allah Swt
menganugerahkan Nabi Ismail as yang terkenal dengan keshalehandan ketaatannya
karena trah hanif dari Nabi Ibrahim as telah melekat dalam dirinya. Bagaimana
dahsyatnya cinta Nabi Yusuf as dan Zulaikho.
Melalui perjuangan panjang dan gunjingan para isteri-isteri pejabat waktu itu, akhirnya
cinta mereka dipersatukan oleh Allah Swt melalui ikatan yang sakral. Bagaimana dahsyatnya cinta Rasulullah Saw dan Sayyidatuna Khadijah al-Kubra. Sayyidatuna Khadijah yang terkenal dengan kelembutannya, tp sanggup menjadi benteng tangguh untuk kekasihnya jika musuh-musuh Allah Swt bermaksud mencelakai suami tercintanya. Termasuk pada waktu sang kekasih hati setelah menerima wahyu pertama. Rasullullah pulang k rumah dalam keadaan menggigil, ketakutan, dan Sayyidatuna Khadijah tampil menenangkan dan menyejukan seraya membimbingnya ke peraduan untuk segera beristirahat, dan selanjutnya berkonsultasi dengan kerabatnya yang menjadi Rahib. Darinya diperoleh keterangan bahwa Muhammad telah menerima wahyu, dan itu tercantum dalam Al-Kitab. Maka tenanglah hati Sayyidatuna Khadijah.
Sayyidatuna juga dengan rela membelanjakan hartanya untuk kepentingan dakwah
Rasulullah Saw. Apakah Rasulullah Saw berpangku tangan dan hanya menikmati
kecintaan sang isteri? Sama sekali tidak, Beliau sangat mencintai isterinya.
Bahkan lagi-lagi sejarah mencatat tahun wafatnya Sayyidatuna Khadijah yang hampir
berbarengan dengan wafatnya Abu Thalib, diberi nama Am- Al-Huzni(tahun
kesedihan).
Rasulullah Saw berduka, terpukul, tidak ada isteri terkasihnya, tidak ada lagi
bidadarinya. Bahkan setelah Rasulullah Saw menikah dengan Sayyidatuna Aisyah Ra
juga, tidak jarang Rasulullah bergumam: "aku seperti mendengar derap langkah
terompahnya Khadijah".
Jadi, cinta yang seperti apa yang bisa menggetarkan arasy Allah Swt? Cinta yang
seperti apa yang bisa membingkai pemiliknya pada keridhaan-Nya? Tentunya cinta
yang dibingkai dengan ketauhidan dan keimanan yang akan abadi sampai surga-Nya
nanti. Bukan cinta sesaat yang hanya bertumpu pada nafsu dan jauh dari nilai-nilai
Illahi.
Allahu A'lam.