23 Januari 2020
Oleh : Widdy Apriandi
(Penulis adalah Pengopi Serius Sekaligus Redaktur Website Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta)
Pengajian rutin di Tajug Baitut Tarbiyah, kompleks kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakarta berlanjut konsisten. Lepas dzuhur, Selasa (23/01), Ustadz Jajang Saepul Malik kembali memberikan tausyiah. Kali ini soal makna penting basmallah.
Basmallah, sebutnya, tidak sekedar pelafalan tanpa makna. Tidak. Lebih dari itu, ada kandungan makna luar biasa didalamnya. Yaitu, bahwa basmallah adalah ‘hati’ dari Al-Qur’an yang merupakan kitab suci sekaligus pedoman ummat Islam.
“Kronologinya begini. Al-Qur-an memiliki 6.666 ayat dan 114 surat. Didalamnya, ada yang disebut dengan ‘hati’ Al-Qur-an. Yaitu, surat Yasin. Makanya, surat ini sering dibacakan pada berbagai kesempatan karena keutamaannya. Namun, jika terlalu panjang, maka ada intisari dari surat Yasin, yaitu surat Al-Fatihah. Karena keutamaannya pula, surat ini kita baca sehari-hari. Tidak hanya dalam shalat, tapi juga pada waktu hadiahan misalnya. Namun, lagi-lagi, jika masih juga terlalu panjang, maka ada intisari dari surat Al-Fatihah, yaitu basmallah. Bismillahirrahmaanirraahim. Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,” katanya.
Dengan demikian, maka basmallah sungguh sangat bermakna. Ia adalah ‘hati’ Al-Qur’an yang dengannya banyak keagungan yang bisa dirasakan oleh siapapun yang mengamalnya dalam lisan, batin dan tindakan.
“Karenanya, sering kita dengar dulu para ulama diberikan berkah kelebihan dan kemudahan oleh Allah SWT. Konon, ada yang bisa terbang, berpindah tempat dengan cepat hanya dengan ‘modal’ basmallah. Kenapa bisa begitu? Karena yakin basmallah-nya terikat antara lisan, batin dan tindakan,” katanya.
JANGAN PUTUS BASMALLAH
Basmallah, dengan segala keagungannya, lanjut Ustadz Jajang, sekaligus merefleksikan komitmen ibadah kepada Allah SWT. Segala sesuatu yang baik, timpalnya lagi, ketika diawali dengan basmallah, maka bernilai ibadah.
“Tapi, sayangnya, kita lebih sering lupa. Kita lupa mengucapkan basmallah. Lupa meniatkan segala kegiatan kita sebagai bagian dari perilaku ibadah kepada-Nya,” katanya.
Hal itu sebetulnya sangat disayangkan sekali. Sebab, pada prinsipnya, yang disebut dengan ibadah bukan hanya ritual semata. Diluar itu, selagi untuk kebaikan, apapun kegiatan kita bisa bernilai ibadah.
“Pekerjaan kita adalah ibadah. Makan kita ibadah. Minum kita ibadah. Apa saja yang dilakukan untuk kebaikan adalah ibadah. Tapi, syaratnya satu ; basmallah. Tanpa basmallah, maka terputus segala perbuatan kita dari nilai ibadah. Sayang sekali. Kita dapat nilai hanya di dunia saja. Tetapi, di akhirat tidak,” cetusnya.
Maka, pesan Ustadz Jajang, ‘paksakan’ mengucap basmallah di segala kesempatan. Sekali lagi, agar segala sesuatu yang kita perbuat (dan bersifat baik) bisa bernilai ibadah kepada Allah SWT.
“Tugas kita didunia ini adalah ibadah. Tidak untuk hal lain. Hanya ibadah. Sebagaimana dijelaskan dalam salahsatu firman-Nya ; tidaklah kuciptakan Jin dan Manusia, semata untuk beribadah kepada-Ku. Ini harus kita ingat. Tautkan dengan basmallah, maka insya Allah segala perbuatan baik kita akan mendapatkan nilai ibadah. Sehingga, kita akan senantiasa mendapatkan keberkahan. Amiin ya robbal alamin,” tutupnya.
Purwakarta, 23 Januari 2020
(Ditulis di Saung Kopi Tajug. Mari main ke sini. Tapi, jangan lupa jajan, ya?)