14 Januari 2022
Ditulis oleh : Widdy Apriandi (redaktur website Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta)
disdik.purwakatakab.go.id--Batik ecoprint seperti dipresentasikan oleh siswa dan guru SMPN I Bungursari rupanya adalah salahsatu tren fashion kekinian yang tengah diminati banyak orang. Lebih-lebih, karena dua faktor utama, yaitu (1) unik dan (2) “natural” dalam arti alami, tanpa unsur kimiawi.
Dari beberapa sumber yang dikumpulkan tim redaksi, diketahui bahwa pelan tapi pasti pasar (market) batik ecoprint bertumbuh. Secara kasuistis, saat ini ada dua brand produsen busana ecoprint yang namanya meroket secara nasional. Yaitu, “Semilir” dan “Batik Chic”.
Dilansir dari laman ladara.id, “Semilir” adalah brand fashion asal Bantul, Yogyakarta. Berdiri sejak tahun 2018, banyak produk ecoprint yang dihasilkan brand ini. Sebut saja ; pakaian, tas, dompet, outer, scarf, sajadah, hingga ke masker. Di tahun 2020 kemarin, kreatifitas tim “Semilir” mengantarkan brand ini menjadi finalis produk lokal Indonesia terbaik.
Sementara, “Batik Chic” adalah salahsatu brand kenamaan Indonesia yang dimiliki oleh Novita Yunus. Ia tidak hanya memproduksi batik original, tetapi juga produk busana yang dikreasi teknik ecoprint.
Atas otentisitas ecoprint yang dihasilkan “batik chic”, Pemerintah memberikan kesempatan kepada Novi dan tim untuk mewakili Indonesia di ajang fashion internasional bertajuk “Amazon India Fashion Week Autumn” di India, 2017 silam.
POTENSI ‘CUAN’
Bertumbuhnya pasar ecoprint jelas berarti potensi bisnis yang patut dikembangkan. Dan lagi, yang perlu digaris-bawahi, belum banyak orang yang melirik potensi ini. Artinya, tingkat persaingan antar produsen masih cenderung rendah--yang berarti bahwa peluang (oppurtunity) terbuka lebar.
Masalahnya adalah tinggal strategi sekaligus fokus segmentasi bisnis yang dipilih oleh para pelaku. Sebagai contoh, untuk meningkatkan harga produk, maka bahan busana yang dipilih pun harus sepadan. Atau sebaliknya, produsen busana ecoprint menetapkan harga terjangkau (sesuai dengan tingkat kualitas produk) demi memenuhi target pasar.
Dari sumber VOAIndonesia, dilaporkan bahwa harga produk busana ecoprint relatif beragam. Linna Emanuel, salahsatu pelaku bisnis yang dikutip media ini mengatakan, harga produk ecoprint buatannya beragam. Tergantung pada bahan yang digunakan.
“Kalau kainnya katun dan dengan metode dasar, yaitu daun jati, (harga) mulai dari 250 ribu. Tapi, ada juga yang sampai berjuta-juta rupiah, karena kalau bahan sutra dan ada warna dasarnya pasti mahal. Harga tergantung dari jenis bahannya,” katanya seperti ditulis VOAIndonesia.
Nah, apa anda tertarik ambil bagian di bisnis ini? Boleh saja. Barangkali bisa mulai dari konsultasi dan/atau belajar langsung di SMPN I Bungursari.