27 Oktober 2021
Ditulis Oleh : (Iis Kartis)
Disdik.purwakartakab.go.id -- Beberapa hari kebelakang, kita di ingatkan Kembali akan sebuah budaya sunda yang hampir hilang, Bapak Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Purwakarta bapak Doktor Purwanto, M.Pd., mengingatkan kita pada salah satu karakter Purwakarta istimewa yaitu 7 poe atikan , Adapun salah satu implementasi pembiasaan baik pada hari kamis yaitu mengumpulkan beas kaheman yang biasanya langsung di distribusikan kepada orang orang yang sangat membutuhkan di lingkungan sekitar sekolahnya, dan biasanya pada saat mengumpulkan beas kaheman atau di kenal dengan beas perelek warga sekolah membawanya dalam plastik, adapun beratnya tidak di tentukan banyaknya, Himbauan bapak Kepala Kadisdik kabupaten Purwakarta yaitu dalam pengumpulan perelek harus menggunkan Kanjut Kundang buatan sendiri, selain mengurangi sampah plastik tetapi juga Beliau mengingatkan kita pada sebuah tradisi leluhur kita, sunda khususnya.
Kain perca yang banyak di jumpai di rumah, bisa di gunakan sebagai bahan untuk membuat kanjut kundang yang cantik, dengan di tambah hiasan-hiasan kecil atau tulisan ataupun sulaman kecil yang menuliskan nama pemiliknya, lebih jauh lagi melalui tangan-tangan kreatif tersebut kain perca bisa di sulap menjadi Kanjut kundang yang indah, yang akan mendatangkan rupiah-rupiah masuk ke dalamnya, hal itu juga menjadi literasi finansial yang dapat di kembangkan di sekolah dari sebuah program yang berpihak kepada murid yaitu beas kaheman.
Dalam Bahasa sunda kanjut kundang artinya tempat kecil yang biasa di gunakan untuk menyimpan uang khususnya uang logam atau benda benda kecil lainnya, Dalam kehidupan orang sunda kata kanjut memang tabu untuk di ucapkan, karena itu merupakan nama alat vital laki laki, tetapi ada beberapa ungkapan yang akrab sekali dengan telinga kita khusunya penulis yaitu ; ungkapan kanjut dina tarang artinya pemalu, kanjut dina punduk artinya penakut, ngetrukeun eusi kanjut artinya menikahkan anak bungsu. Dalam ragam Bahasa sunda ada dua ragam Bahasa yaitu ragam Bahasa halus, dan ragam Bahasa loma, untuk ungkapan uangkapan tersebut tadi dapat di gunakan dalam kedua ragam tersebut.
Editor : Nurdin Cahyadi